Posts

Sebuah Ajakan

"Eh, kamu ingin segera menikah, tidak?" tanyanya pada suatu malam di warung makan ayam pinggir jalan. Aku yang sedang meminum es teh manis, seketika menghentikan kegiatanku. Aku menatap wajahnya tanpa ekspresi. "Maksud kamu apa bertanya seperti itu? tanyaku kembali. "Yaa, kalau kamu ingin segera menikah, ingin aku ajak menikah." jawabnya sambil terkekeh tanpa melihat mataku. Aku mengalihkan pandanganku menuju gelas, Lalu aku memegang sedotan dengan jari kananku. Aku putar sedotannya dengan gerakan searah jarum jam. Padahal sudah tidak ada lagi gula yang harus kuaduk. Akhirnya aku menyeruput isinya perlahan. Aku butuh air untuk melegakan kerongkonganku. Aku terdiam, masih sambil menatap ke arah gelas tanpa mengucapkan sepatah kata. Rasanya kata-kata tertahan di tenggorokanku. Dia masih menatap layar telepon genggamnya. Kulirik dia sekilas dengan sudut mataku. Entahlah, ucapannya tadi terdengar dengan nada bercanda. Kita memang sudah berteman dekat sejak lama. Na

Curhatan tentang Stunting dan Indonesia

Gue mau melanjutkan tulisan mengena stunting . Jujur, menjadi petugas pelaksana itu lebih sulit dibandingkan menjadi atasan. Gue tidak suka menjadi pelaksana, karena gue suka melakukan segala hal dengan sempurna. Saat gue pergi ke Kalimantan, gue baru menyadari beberapa hal. Beberapa wanita memiliki tinggi badan yang lebih pendek dari gue, dan pria memiliki tinggi badan yang hampir sama dengan gue. Di Bandung atau Jabodetabek, sudah jarang gue temukan hal ini. Sepertinya dapat gue hitung dengan jari. Namun di sini, banyak. Gue tidak mengatakan bahwa mereka stunting. Gue mengambil kesimpulan bahwa, kemungkinan, nutrisi ibu di desa kurang daripada nutrisi ibu di kota. Indonesia ini luas sekali. Bukalah persepsi kamu mengenai Indonesia. Jika seumur hidup belum pernah tinggal di desa. Cobalah beberapa bulan hidup di desa. Buka mata, buka pikiran, dan buka hati. Kuliah Kerja Nyata yang dahulu gue laksanakan di Desa Kuningan, Jawa Barat. Dimana tidak ada akses transportasi umum menuju kota k

Stunting, Telur, dan Pak Jokowi (2)

Kemarin gue sudah membahas mengenai perjalanan dinas dan rapat untuk mengendalikan angka stunting. Kali ini gue ingin membahas mengenai telur. Menurut WHO tahun 2020,  stunting  adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurtumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang/kronis yang terjadi dalam 1000 Hari Pasca Kelahiran (HPK). Definisi ini gue kutip dari website Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan (DitJenNaKes) di https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1388/mengenal-apa-itu-stunting Dari definisi tersebut, sebenarnya sudah jelas bahwa penyebab terjadinya stunting adalah asupan nutrisi yang tidak adekuat. Kondisi tersebut irreversibel , atau permanen. Beberapa minggu yang lalu, gue sempat mengikuti kegiatan program Gizi Puskesmas ke salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas gue yang merupakan lokus stunting . Gue melihat

Stunting, Telur, dan Pak Jokowi (1)

Image
Halo,  sebetulnya sudah beberapa hari ini gue mau memberikan opini mengenai stunting. Saat ini, stunting sedang menjadi isu nasional. Bahkan, dalam bab akreditasi, stunting memiliki satu bab tersendiri dalam isu kesehatan nasional. Dua hari belakang ini, sepupu gue dan beberapa orang teman mengunggah tulisan ini: Dalam highlight menyebutkan bahwa anggaran stunting sebesar enam miliar rupiah habis untuk perjalanan dinas dan rapat, dibandingkan membeli telur. Oke, mari gue ceritakan.. Hal pertama yang ingin gue bahas adalah perjalanan dinas dan rapat. Gue pernah sekali mengikuti rembuk stunting yang diadakan oleh Kebupaten Murung Raya, yang saat itu dihadiri oleh istri Bupati Murung Raya yang menjabat sebagai ketua PKK Murung Raya (MuRa). Dalam pertemuan tersebut, Beliau memang memberikan arahan untuk Puskesmas yang memiliki lokus stunting untuk melakukan pendataan terhadap balita stunting, serta memberikan masukan apa yang harus dilakukan oleh Puskesmas, aparat desa, serta kader Posyand

30 DWC 42

Image
Wow! Sungguh aku tidak menyangka dapat menyelesaikan 30 Days Writing Challange yang diberikan bimbingan oleh mentor super, yaitu Kak @rezky_passionwriter dan Kak @rizkamamalia. Ada banyak tantangan dalam menulis selama 30 hari ini. Dimulai sejak hari pertama! Tidak ada sinyal membuat aku stres dan mendapatkan point minus satu. But, it is okay, namanya juga proses, pasti ada naik turunnya. Seru sekali menulis selama sebulan penuh. Aku yang terkadang menulis tengah malam, lalu diberikan tantangan berdasarkan tema tertentu, agak sedikit kaget juga. Pelajaran terbaik yang aku dapatkan adalah teman-teman dalam satu Squad yang saling mendukung satu sama lain. Walaupun ada dua orang yang drop out. Alhamdulillah sisa Fighters -nya dapat menyelesaikan sampai hari ke-30 ini. Pelajaran lain yang aku dapat adalah, jika aku tidak menulis, maka kosong sekali rasanya raga ini. Menurutku, karena ada support system yang baik pula makanya semangatku untuk menulis jadi terpacu. Terimakasih juga kuucap

Rumah dan Tangga

Image
Menurut KBBI, ru.mah., merupakan bangunan untuk tempat tinggal.  Tang.ga., merupakan sesuatu yang bertingkat-tingkat; alat belajar dan sebagainya yang kesukarannya berjenjang meningkat; tingkatan. Sedangkan ru.mah tang.ga artinya yang berkenaan dengan urusan kehidupan dalam rumah; berkenaan dengan keluarga. Namun, jika melihat foto di atas, dapat diartikan menjadi rumah yang memiliki tangga. Dalam kehidupan, setiap kalimat yang terucap atau setiap peristiwa yang terjadi. Pasti memiliki penafsiran tersendiri. Tergantung dari sudut mana mata kita memandangnya. Tergantung dari perspektif mana kita berusaha memahaminya. Apakah sisi positif? Ataukah sisi negatif? Terkadang, kita harus melalui hasil negatif dulu, baru mendapatkan hasil positif. Dalam proses mendapatkan model kerja, contohnya. Harus mencetak dengan alginat terlebih dahulu. Untuk mendapatkan cetakan negatif. Baru kemudian di cor dengan gips. Lalu didapatlah model kerja sebagai cetakan positif. Atau dalam mencetak photo dari ka

Reaksi Alergi, Apa Obatnya?

Sungguh, baru kali ini mengalami reaksi alergi yang begitu membuat gue sangat bersedih. Awalnya, di punggung kaki gue terdapat bentol kecil, lalu muncul gatal. Kemudian lenganku juga gatal. Gue berusaha menahan rasa gatalnya dengan menggunakan Cetirizine . Gatal berkurang sehabis meminum obat. Namun, esokannya masih tetap gatal. Lalu, aku terpikirkan untuk minum obat Methylprednisolon sebagai pengganti Dexamethasone dan (masih) Cetirizine . Gue teman perawat, Shinta dan Nuni, mereka bilang pakaikan salep Betamethasone . Kupakaikanlah pada siang itu, kubawa istirahat tidur. Lalu saat sore harinya gue bangun karena ada kegiatan penyuluhan mengenai Hipertensi di Desa Muara Maruwei dua, gue baru menyadari bahwa gatal merambat dari lengan bawah sampai ke lengan atas, dari yang tadinya hanya di punggung kaki, kini merambat sampai pangkal paha. Bahkan, sekarang ditambah kemerahan pada bagian-bagian tersebut. Gataaaal sekali rasanya. Gue mencari tahu mengenai dokter spesialis kulit di RSUD P