A Little Post to You
Mungkin orang menyangka aku anak yang tegar. Tetapi sesungguhnya mereka salah besar! Sekalinya aku disentil dengan topik yang sangat mengena itu, air mata langsung menetes perlahan dari kelopak mataku.
Lebay.
Iya maaf, aku memang lebay. Aku masih belum bisa menerima kenyataan ini. Aku merindukannya, sangat merindukannya. Aku masih membutuhkan kasih sayangnya. Aku sangat mencintainya. Maaf, aku tidak sempat berkata langsung bahwa aku sangat mencintaimu. Aku dahulu terlalu gengsi. Aku tidak memahami perasaanmu. Ketika semuatelah terlambat dan berlalu tanpa pernah kembali, aku hanya dapat menyesali kebodohanku. Mengapa baru kali ini aku menyadari betapa besar kasih sayangmu kepadaku? Mengapa penyesalan ini datang di akhir?
Aku kangen, yah. Kangen banget. Aku tidak tahu apakah saudara-saudaraku sekangen ini denganmu. Aku juga tidak tahu apakah ibuku juga merindukanmu. Atau hanya aku yang merindukanmu sedalam ini? Atau hanya aku yang hanya merasakan kehilangan sosok pemimpin di rumahku?
Yah, kapan kita bisa bertemu kembali? Menatapmu melalui layar kaca laptop hanya membuat air mataku semakin terus terurai. Membuat dadaku sesak, mengingat semua kenangan yang pernah kita lalui bersama. Engkau yang membanting tulang setiap hari walau penyakit itu telah menggerogoti tubuhmu.
Cukup sudah, aku tidak dapat lagi melanjutkan tulisan ini. Air mataku telah mengalir lebih deras dari sebelum aku menulis postingan ini. Aku merindukanmu, yah. Sangat merindukanmu.
Lebay.
Iya maaf, aku memang lebay. Aku masih belum bisa menerima kenyataan ini. Aku merindukannya, sangat merindukannya. Aku masih membutuhkan kasih sayangnya. Aku sangat mencintainya. Maaf, aku tidak sempat berkata langsung bahwa aku sangat mencintaimu. Aku dahulu terlalu gengsi. Aku tidak memahami perasaanmu. Ketika semuatelah terlambat dan berlalu tanpa pernah kembali, aku hanya dapat menyesali kebodohanku. Mengapa baru kali ini aku menyadari betapa besar kasih sayangmu kepadaku? Mengapa penyesalan ini datang di akhir?
Aku kangen, yah. Kangen banget. Aku tidak tahu apakah saudara-saudaraku sekangen ini denganmu. Aku juga tidak tahu apakah ibuku juga merindukanmu. Atau hanya aku yang merindukanmu sedalam ini? Atau hanya aku yang hanya merasakan kehilangan sosok pemimpin di rumahku?
Yah, kapan kita bisa bertemu kembali? Menatapmu melalui layar kaca laptop hanya membuat air mataku semakin terus terurai. Membuat dadaku sesak, mengingat semua kenangan yang pernah kita lalui bersama. Engkau yang membanting tulang setiap hari walau penyakit itu telah menggerogoti tubuhmu.
Cukup sudah, aku tidak dapat lagi melanjutkan tulisan ini. Air mataku telah mengalir lebih deras dari sebelum aku menulis postingan ini. Aku merindukanmu, yah. Sangat merindukanmu.
Comments