September

Sudah sebulan gak nulis apapun di blog. Dan ngeliat postingan terakhir itu rasanya..................... asjdkwkashaofhwi.

Absurd. Mesyembrele.


Kali ini mau bahas dua topik.

Pertama, soal kenapa di 2015 ini saya menerima banyak tawaran yang membuat saya lebih pusing dari 7 keliling.

Iya. Iya. Iya.

Mungkin aku terlalu banyak menyebut kata itu. Meng-iya-kan permintaan yang masuk, bukannya menolak dari awal. Mungkin, seandainya aku menolak dari awal, perasaan ini gak akan terlanjur kebawa sampai sedalam ini. Iya, perasaan stress ketika memikirkan bagaimana cara menjalankan amanah sebanyak ini.


"Tapi, saat ini gue lagi ngekoor 2 acara dan 1 proker di BEM. Gue takut fokus gue terpecah."
"Ya masa lo enggak mau bantuin gue, Nis?"
Akhirnya aku pun mengiyakan......................................

"Jadi bagaimana? Mau kan bantuin aku? Katanya kamu mau menyadarkan teman-teman yang lain."
"Mau, tapi bukan begini caranya. Aku mau mengejar skripsi tahun ini. Mau membangun perkuliahan yang sudah kutinggalkan selama tiga tahun ini. Selain itu aku memiliki amanah lain sebagai koordiv. Aku ingin menyelesaikan semuanya terlebih dahulu."
"Mau membandingkan amanahmu denganku?"
"............................................................................................................... 
Yasudah. Sini aku bantu."


Mudah sekali mengubah keyakinanku, mudah pula untuk menghasutku. Dan sekarang ketakutan terbesarku adalah bagaimana cara menuntaskan semua amanah ini. Takut bentrok, takut gak kepegang. Dan yang paling menakutkan adalah aku takut peristiwa masa lalu yang terulang. Ketika amanah sebagai kepala departemen sekaligus koordinator divisi masih kupegang. Disaat itulah aku harus mengorbankan salah satunya. Pathetic memang.

But, I'm sure that Allah always beside me, even no one accompany me here. #eaamulaibaper

"Katakan pada hatimu, rasa takut akan penderitaan justru lebih menyiksa daripada penderitaan itu sendiri. Dan tak ada hati yang menderita saat mengejar impian-impiannnya, sebab setiap detik pencarian itu bisa diibaratkan pertemuan kembali dengan Tuhan dan keabadian." The Alchemist, Paulo Coelho. #NOTED


Dan yang kedua, mau mengucapkan terima kasih. Terima kasih banyak untuk seseorang yang bahkan sampai terakhir kali mengirimkan pesan lewat media sosial belum aku balas. Maklum, aku mah pelupa akut.
Terima kasih untuk segala usahanya. Perjalanan antarkota yang memakan waktu cukup lama.
Terima kasih untuk penawaran jaketnya di malam yang dingin.
Terima kasih untuk bunganya. Untuk yang terakhir ini, aku baru mengetahuinya kemarin. Kenapa tidak pernah bilang? Anyway, tulisan di bunganya alay banget hahahahahaha.
Dan bodohnya aku baru sadar setelah selama ini.

Terima kasih banyak.
Terima kasih untuk kehadiranmu.
Terima kasih telah menyisihkan sedikit waktumu.
Terima kasih telah mencoba memahami.

Aku mungkin memiliki intuisi dan feeling yang besar, tapi aku masih tidak dapat memahami tentang perasaan. Baik di dalam diri ini, maupun perasaan yang orang lain berikan. Tuhan yang lebih mengetahui perasaan umat-Nya, bukan?

Kalau aku boleh bercerita, mungkin akan aku ceritakan, di suatu saat nanti. Jika Tuhan menghendaki.



Jatinangor, 18 September 2015
-White Rose-

Comments

Popular posts from this blog

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit

Ini tentang Iman kepada Allah