Posts

Showing posts from April, 2017

DICARI! NISRINA!

Kenapa akhir-akhir ini jari saya tidak bersemangat untuk menyentuh keyboard ? Kenapa ide yang ada di kepala menjadi begitu sulit untuk dituliskan? Kemana Nisrina yang kalo kesel sama orang langsung nulis? Kemana Nisrina yang kalo menyemangati diri sendiri lewat tulisan sok berfaedah? Kemana Nisrina yang jika jatuh cinta mengungkapkan perasaannya melalui tulisan? Aku rindu Nisrina yang suka menulis. Aku rindu Nisrina yang hobi curhat lewat tulisan. Kurindu Nisrina yang semangat dan mencapai target tepat waktu. Aku rindu diriku. #QuarterLifeCrisis . Fyi, I think I need Psikolog, for sure.

Philophobia.

Philophobia. Delapan tahun saya menjomblo (yaa kira-kira dikurang setengah tahun dengan hubungan tanpa status), saya rasa saya menderita philophobia. Ketakutan akan jatuh cinta. Pertama kali kamu benar-benar jatuh cinta pada seseorang, lalu ketika mencapai puncak perasaanmu, dia ternyata selingkuh di depan matamu. Putus dengan cara yang gak baik sama sekali. Mungkin inilah yang menyebabkan saya menderita philophobia. Yaa, dan saya baru sadar jika saya menderita penyakit ini. Yeuh. Selain itu, melihat seseorang yang benar-benar kamu percaya dan kamu sayangi selingkuh di depan matamu. Hal ini membuatmu sangat amat membenci jatuh cinta. Buat apa jatuh cinta jika pada akhirnya kamu berselingkuh? Saya pernah membuat postingan tentang kekesalan saya terhadap jatuh cinta, jauuuh sebelum saya sadar kalau saya philophobia. Sepertinya sejak saat itu, saya benar-benar membenci semua pria dan benar-benar muak dengan segala macam kisah percintaan. Saya memiliki riwayat trauma terhadap jatu...

Rindu part Sekian

Hai, apa kabar? Setidaknya izinkan aku untuk menanyakan kabarmu hari ini. Terima kasih telah mengkhawatirkanku. Setidaknya aku sekarang paham rasanya dikhawatirkan ibu karena belum pulang lewat pukul 10 malam. Terima kasih untuk tiga bulannya. Setidaknya aku mengerti rasanya tersenyum tanpa sebab yang jelas. Kamu tahu rindu? Rinduku ini aku bungkus khusus untukmu. Aku menantikan sebuah kesempatan yang bernama pertemuan. Jangan terlalu lama. Aku takut ia busuk di perjalanan menujumu. Tapi tunggu sebentar. Di sini apa hanya aku yang membungkus rinduku? Aku memang wanita posesif. Aku mengira akulah sang pemilik tawamu. Aku pikir akulah satu-satunya sumber senyummu. Dan aku tak pernah mengetahui kebenarannya sampai saat ini. Hai, aku jalan dulu yah ke depan. Setidaknya kenangan tentangmu masih tersimpan rapi dan masih memungkinkan bagiku untuk membukanya. Jika kamu menemui aku di persimpangan jalan, sapa aku! Aku ingin memberikan rinduku padamu. Dan aku, akan selalu menantikan rindu...