Hari kesekian aku duduk di meja makan seorang diri. Penerangan dari handphoneku saja karena lampu dapur sudah meredup sejak satu jam yang lalu, tepatnya pukul 17.30 WIB selagi aku masih memasak air, ditambah lagi siang tadi hari tidak begitu terik membuat panel surya di atas genting tidak menyerap banyak cahaya mentari dan aki bekas kantor yang sudah menipis kekuatan baterainya. Headlamp yang biasa ku pakai untuk membantu penerangan, kutinggal di kantor karena saat ku kembali ke rumah lampu indikatornya masih berwarna kuning, tanda baterainya belum penuh sedangkan esok hari libur, aku hanya ingin beristirahat di rumah esok hari, tanpa perlu berangkat ke kantor untuk sekedar mengisi ulang baterai powerbank-ku. Ah iya, headlampku belum kuambil dan sekarang air langit sudah menetes deras. Aku bersyukur karena tong tong airku akan terisi penuh, aku tidak perlu khawatir kekurangan air untuk mandi, mencuci pakaian, mencuci piring atau memasak. Air ini diturunkan langsung dari Tuhan. Namun adakalanya aku mengomel sendiri jika hujan sepanjang siang, pakaianku tidak kering, selain itu penerangan di rumah menjadi cepat berkurang dan meredup. Aku benci tempat gelap. Lalu ku ingat bahwa jika nanti aku meninggalkan alam dunia ini, di alam kubur aku akan sendiri, gelap, ditemani malaikat di sisi kanan kiriku. Pikiranku pasti luar biasa kacau karena aku yakin bahwa catatan malaikat di sisi kiriku lebih panjang daripada malaikat di sisi kanan.

Hujan masih turun ke bumi dengan derasnya.. Aku masih belum melaksanakan panggilan Tuhan, kursi plastik hijau ini masih menempel erat bersama bokongku. Menahanku untuk beranjak dari meja makan. Ditambah sekarang aku justru menghadap layar handphone untuk mengetik hal yang tidak pasti. Sebuah curahan hati di hari kamis. Aku lalu menghentikan ketikanku dan segera beranjak dari kursi plastik hijau bertumpuk dua, ditumpuk karena dari salah satu kursi tersebut kakinya pernah patah ketika ku duduki. Aku bergegas mengambil air wudhu. Tuhanku akan menyerukan panggilan yang berikutnya...


6 April 2023, Muara Maruwei 1

Comments

Popular posts from this blog

Aku ingin Tinggal di Istana

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit