Salahkah?
Seiring bergulirnya waktu,
semakin bertambahnya rutinitas harian,
serta menumpuknya beban pikiran.
Aku kira rasa itu sudah benar-benar lenyap tak bersisa.
Tetapi realita tetaplah realita,
berbanding terbalik dengan imajinasi,
memusnahkan daya khayal manusia,
mengangkat fakta dunia.
Hati yang berusaha kususun rapi,
mencair kala melihat senyum dari sudut bibirnya.
Pandangan yang berusaha kusimpan,
tak mampu lagi menahan pesona garis matanya.
Salahkah aku jika masih memiliki rasa itu?
Ketentraman saat berada di sisimu,
kenyamanan ketika bersandar di pundakmu,
serta kehangatan dikala bercakap denganmu.
Salahkah memori otakku masih menyimpan kenangan itu?
Punggungnya yang bidang sebagai pengganti bantal bagiku.
Senyum simpulnya sebagai penyejuk tangisku.
Selera humor rendahnya sebagai pelipur laraku.
Ah, aku memang salah selalu menengok ke belakang.
Padahal jalan di depan masih terbentang.
Aku menyadari aku salah.
Tetapi aku tetap bertahan.
With love,
White Rose :)
semakin bertambahnya rutinitas harian,
serta menumpuknya beban pikiran.
Aku kira rasa itu sudah benar-benar lenyap tak bersisa.
Tetapi realita tetaplah realita,
berbanding terbalik dengan imajinasi,
memusnahkan daya khayal manusia,
mengangkat fakta dunia.
Hati yang berusaha kususun rapi,
mencair kala melihat senyum dari sudut bibirnya.
Pandangan yang berusaha kusimpan,
tak mampu lagi menahan pesona garis matanya.
Salahkah aku jika masih memiliki rasa itu?
Ketentraman saat berada di sisimu,
kenyamanan ketika bersandar di pundakmu,
serta kehangatan dikala bercakap denganmu.
Salahkah memori otakku masih menyimpan kenangan itu?
Punggungnya yang bidang sebagai pengganti bantal bagiku.
Senyum simpulnya sebagai penyejuk tangisku.
Selera humor rendahnya sebagai pelipur laraku.
Ah, aku memang salah selalu menengok ke belakang.
Padahal jalan di depan masih terbentang.
Aku menyadari aku salah.
Tetapi aku tetap bertahan.
With love,
White Rose :)
Comments