Posts

Showing posts from September, 2016

Cerpen: I Love You (2)

Baca I Love Part 1 di sini .         Aku tersenyum pedih .         I love you , adalah satu kalimat yang selalu ingin kudengar darimu, entah itu langsung terucap dari bibirmu atau hanya kudengar melalui sebuah voice note . Hampir satu bulan kalimat itu mengalir dari bibirmu dan aku suka saat kau merapalkannya untukku. Aku menjadi hafal intonasimu ketika mengucap kalimat sakral itu. Aku pun masih mengingat jeda nafas yang kau ambil demi mengumpulkan keberanian untuk mengutarakannya .         Aku berusaha untuk kembali ke kehidupan saat ini dan mengembalikan semua kenangan ke tempat yang seharusnya. Semua kenangan itu tersimpan rapi di sudut ruang kecil hatiku. Aku mendapatkan luka kecil saat aku meletakkannya di sana. Ini semua salahku, aku membuka pintunya terlalu lebar sehingga menjatuhkan seluruh rak buku di dalamnya beserta semua bukunya. Biarlah, buku-buku itu tida...

Cerpen: I Love You

            Sore ini hujan turun saat aku sedang menatap keluar jendela kamarku, bau hujan menyeruak masuk melalui jendela yang terbuka lebar. Beberapa rintiknya meloncat ke mukaku, menyamarkan tangisku. Kupalingkan muka menyusuri seisi kamarku. Kutatap rangkaian bunga berwarna kuning muda-merah muda di atas meja belajarku. Aku terdiam lalu berterima kasih kepada hujan karena suaranya telah menyembunyikan isakku.         Hujan pun membawaku melintasi ruang dan waktu.          Saat ini dihadapanku duduk seorang lelaki, biar kutebak usianya sekitar satu sampai dua tahun lebih muda dariku. Tidak ada yang spesial darinya sampai di penghujung wawancara dia memintaku untuk membaca hasil karangannya, hal yang tidak dilakukan oleh empat orang sebelumnya. Yang lebih mengagetkan adalah ternyata usia lelaki itu sama denganku!      ...

Cerpen: Kahfi

“Kamu tahu tidak, apa hal yang paling aku syukuri di tahun 2015 ini?” ucapku sore itu sembari menuruni tangga masjid kampusku. “Hmm.. Hal yang paling aku syukuri? Apa ya? Memasuki tahun terakhir di dunia kampus, mungkin? Sebentar lagi skripsi, lalu lulus.” Ia menghentikan langkahnya,   sembari menatap mataku. “Ya, itu salah satunya, tetapi kurang spesifik.” tanyaku lagi. Kali ini aku mengalihkan pandanganku menuju danau yang terhampar luas di hadapanku. “Aku menyerah sajalah. Aku paling bodoh ketika bermain tebak-tebakan.” ucapnya sambil melambaikan tangan. Aku menoleh padanya, seketika aku tertawa kecil. Lucu sekali ketika melihat wajah tak berdayanya. Ah, ingin rasanya aku berlama-lama duduk di sampingnya. Ingin rasanya aku memperlambat waktu, bahkan menghentikan waktu. Demi kebersamaan ini. Tiba-tiba sekelebat tangan membuyarkan lamunanku, “Hei, kamu belum menjawab pertanyaanmu sendiri.” Astaga, ternyata sedetik yang lalu pikiranku tidak berada di sini. “Oh...