Cerpen: I Love You (2)
Baca I Love Part 1 di sini.
Aku
tersenyum pedih.
I love you, adalah satu kalimat
yang selalu ingin kudengar darimu, entah itu langsung terucap dari bibirmu atau
hanya kudengar melalui sebuah voice note.
Hampir satu bulan kalimat itu mengalir dari bibirmu dan aku suka saat kau
merapalkannya untukku. Aku menjadi hafal intonasimu ketika mengucap kalimat
sakral itu. Aku pun masih mengingat jeda nafas yang kau ambil demi mengumpulkan
keberanian untuk mengutarakannya.
Aku
berusaha untuk kembali ke kehidupan saat ini dan mengembalikan semua kenangan
ke tempat yang seharusnya. Semua kenangan itu tersimpan rapi di sudut ruang
kecil hatiku. Aku mendapatkan luka kecil saat aku meletakkannya di sana. Ini
semua salahku, aku membuka pintunya terlalu lebar sehingga menjatuhkan seluruh
rak buku di dalamnya beserta semua bukunya. Biarlah, buku-buku itu tidak
penting bagiku. Begitupun dengan luka yang kudapatkan. Saat ini yang terpenting
adalah menyimpan tabung berisi memori aku dan kamu di sudut ruang kecil itu dan
menjaganya agar tidak menumpahkan isinya. Jika tabung itu bergoyang sedikit,
maka akan menimbulkan getaran hebat di sudut mataku yang meninggalkan bekas
berupa pembengkakan di kantung mataku. Tentu saja aku tidak akan membiarkan
kantung mataku membengkak hanya karena aku tak sengaja menyenggol tabung itu,
seperti hari ini, seperti saat aku mengetik cerita ini.
Cerita
di atas mungkin nyata, mungkin juga tidak. Hanya Tuhan dan aku yang tahu, tapi
beberapa kalimat penutup cerita ini dapat aku jamin kebenarannya.
------------------------------------------------------------------------------------
Honestly,
I’d never love you as a best friend. I loved you for who you are. I loved you
like a girl love her boyfriend. I loved you with no reason. I love you so much
more than you know. The only reason why am I not to accompany you from zero to
hero is just because I choose Allah and keep my eeman on the right track. I know
is too selfish, but if we kept this feeling and build a relationship, I’m
afraid we could lost our mind because satan everywhere. I just prepare for the worst, isn’t the wrong choice, right?
I
promised to myself not to love someone before I’m ready yet to marriage, now
I’m not ready and I’m falling in love with you. It’s my first mistake, then
leaving you is my second mistakes. I accepted all of my mistakes and try to let
it go, but it’s so hard hahahahaha.
If
you want to go, go wherever you want. If you want to pick your happiness up,
then pick it up, without me. Thanks for caring me, loving me (I don’t know you
really love me or not), and teaching me how to love someone deeply. I love you,
but if it’s hurt inside, isn’t love. Wait, let me ask you, is it love, or lust?
(Also asking myself too).
Oh,
ya, the last, I loved you, so do you, but I didn’t find the same visions or
missions with you (or we never talked about this, maybe). Hahahaha this letter
will never end if I continue telling you about my feeling. The point is,
If Allah wills, He
will…………….
:)
Bandung,
16 Juni 2016
Thanks
for loving me, and….. forgive me.-White Rose-
Comments