Curhat: Belajar Anestesi

         
           YEAYYYY NOVEMBER!!


          Selamat datang, November! Bulannya Nisrina. Bulan ini diawali dengan bahagia, semoga diakhiri dengan bahagia juga yah. Amiin.


          Diawali dengan bangun pagi jam 05.15, terus gegoleran dan gak sadar ternyata sudah 05.45 dan belum solat subuh, sedangkan langit sudah terang… Gue mengawali hari dengan super mager karena kuliah jam 06.30, dan sampai ke RSGM jam 07.00 hahahahaha. Kurang-kurangin malasnya, Nisrina, sudah mau berusia dua puluh dua tahun.


          Hari ini adalahnya harinya departemen Eksodonsia alias cabut-mencabut. Karena satu dan dua hal gue dan teman-teman koas FKG Unpad batch dua 2012 belum memulai Ekso karena belum ada demo mencabut. Sebelum diajarkan mencabut gigi pasien, diajarkan suntik menyuntik antarteman. Hari ini adalah harinya suntik menyuntik!


          Berhubung partner gue membawa pasien demo, gue sebagai partner dan asisten yang baik membantu dia menjadi asisten. Alhamdulillahnya kecipratan rezeki baik juga, nanti gue ceritakan di bawah.


          Oiya, perkenalkan. Partner gue bernama Ratna Citra Nabila, alias Bibil. Dede emes yang beda dua tahun dengan gue. Hiks. Berasa tua. Hari ini doi mengajak supirnya menjadi pasien kami, koas grup B. Supir Bibil dijadikan contoh demo bagi drg. Kirana, dan berhubung supir Bibil alias Pak Rendhi (sumpah doi umurnya sama kayak Bibil, masih 20 tahun tapi udah punya anak dua…..) mempunyai keluhan utama kalau giginya ingin dicabut, maka drg. Kirana menyarankan agar Bibil juga belajar mencabut. Gue sebagai asistennya, alhamdulillah kecipratan belajar nyabut langsung dari drg. Kirana. Yaa, walaupun gak nyoba ke pasien langsung, tapi gue berkesempatan melihat dan mendapatkan ilmu langsung dari dokternya. Bahagia tjuy~



          Oke, abis ini gue akan menceritakan bagaimana proses suntik-menyuntiknya!



          “Bil, hahit.” kata gue dengan aspirating syringe di dalam mulut dan jarum menusuk di antara linea oblique eksterna dan interna. Aspirating syringe itu adalah sebuah benda yang digunakan untuk menyuntik. Silakan google sendiri yah untuk penjelasan lengkapnya. Sembari Bibil menusukkan jarum, gue sembari mencubit tangan Teh Detin karena terasa sakit. Agak lebay, tapi emang gue merasanya sakit…..


          Teknik suntik menyuntik yang kami gunakan adalah teknik Blok Fischer atau teknik menyuntuk blok untuk rahang bawah yang sangat terkenal pada zamannya. Teknik Fischer ini menganestesi Nervus Lingualis dan Nervus Alveolaris Inferior, jadi bagian mulut yang akan terasa baal pertama kali adalah lidah karena terdapat Nervus Lingualis, kemudian disusul oleh gingiva bagian lingual. Mukosa bukal, dan bibir, disebabkan karena Nervus Alveolaris Inferior yang teranestesi. Blok Fischer ini menganestesi satu regio mulut, gak seperti infiltrasi yang menganestesi hanya bagian gigi tertentu saja.


          Teknik Blok Fischer ini terdapat tiga rangkaian posisi. Akan gue bahas di postingan selanjutnya. Setelah Bibil menyelesaikan rangkaiuan anestesi Blok Fischer ini, ketika gue mau berbicara dengan Bibil, gue tidak dapat membuka mulut. Mulut gue hanya terbuka sekitar 3-5 cm, saat gue paksa untuk membuka mulut seakan otot mulut gue terkunci dan gak bisa bergerak lagi.


          “Bil. maha huhe hak hiha huha huhut hehar-hehar. Kahak menhok hihu hampe hegini.” kata gue. (Re: Bil, masa gue gak bias buka mulut lebar-lebar. Kayak mentok gitu sampe segini).



          “Hah? Sumpah, Nis? Ah gimana dooong!” kata Bibil panik.


          “Humhaaaah.” Gue masih berkata-katya dengan mulut setengah terbuka. “Maha huhe thismus…..” kata gue lagi dengan setengah gak percaya dan sedikit panik.


          Mendengar ribut-ribut dari dental chair gue dan Bibil, dokter Kirana menghampiri kami dan bertanya. Akhirnya gue diminta senam mulut (?) Gue diminta untuk buka tutup mulut, dan alhamdulillah akhirnya gue gak jadi trismus selama berjam-jam. Trismus gue sembuh dalam tiga menit saja. Sumpah gue beneran syok pas ternyata gue trismus sedetik. Takut trismus selamanya….. #okeinilebay



          Jadi, kenapa bisa trismus? Berdasarkan keterangan dokter Kirana, terdapat otot yang teranestesi, yaitu otot pengunyahan alias musculus masseter. Hmm. Menarik. Tapi kayaknya jawaban ini gak evidence based, jadi gue akan mencari tahu jawabannya lagi.


          Eh, penasaran gak gimana hasil suntikan gue? Alhamdulillah, kata Bibil gak berasa apapun, hanya terasaa saat gue menusukan jarum untuk pertama kalinya. Begitupula dengan respon baalnya, gak sampe lima menit bibirnya Bibil terasa baal.


          Daan, jeng jeng apakah yang salah dari hasil suntikan seorang Nisrina?

          Pertama, dan menurut gue kesalahan yang lumayan fatal, adalah gue lupa dosis. Sepertinya gue terlalu banyak memasukan cairan anestetikum.

           Kedua, gue gak tau apakah gue mengarahkan syringe dari region premolar atau gak.

          Ketiga, gue gak sadar apakah gue memasukan jarum terlalu dalam atau tidak.

          Keempat, kayaknya gue gak menaruh ujung jarum di pertengah jari telunjuk gue deh.

          Bingung kenapa menurut gue bisa salah menganestesi? Hal ini akan gue jelaskan di postingan selanjutnya…..


          Well, that’s all about Anestesi dan pengalaman anestesi pertama kali. Seru, seneng, malu, bodor, jadi satu. See ya!


Bandung, 5 November 2016
-White Rose, menuju drg-

Comments

Popular posts from this blog

Aku ingin Tinggal di Istana

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit