"Nisrina, pagi ini kamu sedang menghirup udara Kalimantan." ujarku setiap membuka kelopak mata pertama kali di hari yang baru. Segala kekhawatiran yang muncul di pikiran ketika turun dari pesawat pertama kali, perlahan sirna. 


Intonasi bicara warga Kalimantan yang berbeda dengan masyarakat Sunda, seperti hendak bertengkar.

Makanan yang tidak dapat bertahan terlalu lama karena tidak ada listrik.

Penerangan memakai PLTS.

Sinyal yang membuat aku lebih sering berburuk sangka.

Air hujan yang digunakan untuk mandi, bahkan air sungai jika sedang kemarau.

Tidur di selapis tipis kasur.

Berbicara bahasa Banjar.

Mencuci baju dengan tangan.

Waktu solat yang lebih cepat.

Menaiki berbagi macam moda transportasi. Klotok, cis, speedboat, ambulans, dan houling.


Aku sudah berdamai.


Kecuali memasak nasi tanpa rice cooker.

Menyebrang jembatan kayu di atas sungai.

Kipas angin Krisbow portabel yang kubawa kemanapun.

Dan menerjang matahari tanpa sunscreen.

.

.

Puruk Cahu, 5 Maret 2023

Comments

Popular posts from this blog

Aku ingin Tinggal di Istana

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit