Fanatic Fans.

Pertama-tama kali kumengenalmu, aku tak menyukaimu. Sikapmu berlebihan. Teramat sangat. Bahkan sampai saat inipun aku tak menyukaimu.
Maaf.
Bukannya aku jual mahal ataupun gengsi. Mungkin saja aku sedikit menyukaimu, aku sedikit berharap padamu.

Tetapi, setelah aku bertanya pada sahabatku. Ia justru bertanya balik padaku, "Apakah kamu nyaman dengannya? Sreg tidak? Kalau biasa saja diamkan saja ia, daripada cinta itu dipaksa."

Hal itulah yang membuatku sadar, aku tidak menyukaimu sedikitpun. Aku tidak bisa menerimamu untuk berada disisiku. Sisi hatiku yang kosong ini, yang sebelumnya telah ada seseorang yang sangat aku kagumi serta ku sukai dengan sepuh hati.

Iya, aku menyadarinya. Semua ini memang salahku.
Aku tidak sengaja memanggilmu dengan kata itu. Aku hanya ingin mengetesmu. Melihat kamu itu orang yang seperti apa. Bagaimana tanggapanmu. Apakah menanggapiku ataukah menjauhiku.
Dan hasilnya... Yah kamu justru malah memanggilmu dengan sebutan itu.

Sayang.
Ya, sayang.
Itulah kalimat isengku padamu. Yang selanjutnya kau tanggapi dengan memanggilku dengan panggilan itu.

Jujur, aku tidak suka dipanggil seperti itu.
Hai pria! Aku kan bukan pacarmu! Aku bukan siapa-siapamu bukan? Kamu baru saja putus dengan kekasihmu dan dengan santainya kamu menyukai orang lain tanpa berpikir panjang terlebih dahulu.

Huh, aku tak pernah bisa membaca pikiran seorang pria. Apa saja sih yang ada dipikiran mereka? Seenaknya mempermainkan perasaan wanita!

Kamu juga terlalu...berlebihan.
Aku tidak akan pergi ke negara antah berantah kok hanya karena tidak membalas pesan singkatmu. Santai saja, pasti akan ku balas pesanmu walau mungkin agak terpaksa untuk kulakukan.

Dan bukannya aku mau memberimu harapan palsu. Aku ingatkan padamu, aku bukan orang yang seperti itu.

Hanya saja, aku sempat tersesat dihatiku sendiri. Aku tidak mengerti apakah aku mencintaimu atau tidak.
Dan sekarang aku menyadari, aku tidak mencintaimu.

Sekali lagi kutegaskan. Maaf, aku tidak mencintaimu.

Comments

Popular posts from this blog

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit

Ini tentang Iman kepada Allah