Ibu, maafkan aku.
Kecewa.
Hal itu yang aku rasakan saat menulis postingan ini. Bagaimana tidak? Histologi, mata kuliah paling penting, mata kuliah jurusn Kedokteran, mendapatkan nilai seburuk-buruknya nilai yang pernah saya dapatkan ketika Ujian Akhir Semester ganjil ini di FkG Unpad.
Sedih.
Sudah dua kali air mataku terpaksa mengalir dari tulang lakrimalisku karena mendengar dan melihat hasil ujian histologi ini. Pertama ketika Ujian Tengah Semester ganjil, dan saat ini. Air mata itu tak sebanding dengan perasaan yang terkoyak ini.
Malu.
Aku masuk melalui jalur SNMPTN tertulis, yang seharusnya lebih berhasil daripada teman-temanku yang diterima melalui SMUP. Tetapi kenapa justru aku yang mendapatkan nilai terburuk itu? Walaupun aku tidak sendirian, aku tetap merasakan beban berat yang memikul pundakku. Bagaimana aku harus menceritakan kepada ibuku bahwa aku mendapat nilai paling buruk yang pernah ada? Bagaimana aku menahan maluku, ketika aku pulang kembali menuju Jakarta bukan karena tidak remedial Ujian Histologi? Tetapi justru karena, ya karena.... Aku diharuskan mengulang mata kuliah 4 sks tersebut ketika Semester Pendek nanti, yang aku bahkan tak tahu kapan tepatnya.
Kecewa. Sedih. Malu. Merasa paling bodoh.
Aku tahu ini salahku. Aku tidak belajar dengan sungguh-sungguh untuk mata kuliah ini. Dan pastinya, aku merasa saat ujian ini, aku merasa jauh sekali dari Tuhanku. Aku seperti menyepelakannya. Memang, sunnah-Nya kujalankan, tetapi justru kewajiban-Nya yang aku tinggalkan. Maafkan aku Tuhan. Aku tahu, aku layak mendapatkan tamparan ini. Tolong aku Tuhan, tolong bukakan pintu maaf-Mu yang sebesar-besarnya. Aku mencoba untuk tidak akan mengulanginya lagi.
Pernah mendengar mahfudzot ini?
Wa maa ladzatu illa ba'da ta'abi. Dan tidak ada kenikmatan kecuali setelah bersusah payah?
Ya, saya memang tidak bersusah payah, sehingga tidak ada kenikmatan yang dapatkan saat ini.
Selamat datang Semester Pendek! Selamat berjumpa denganku! Aku berharap, sangat berharap. Ketika menjalankan Semester Pendek nanti, aku mendapatkan nilai terbaik yang pernah ada. Amin.
Dan, terakhir. Maafkan aku, Ibu. Aku tidak dapat memenuhi keinginanmu. Bukan tidak dapat. Tetapi belum. Belum. Aku yakin. Sangatlah yakin. Belum. Suatu saat, permintaanmu akan kupenuhi, Bu. Tentu saja.
Me,
White Rose :)
Comments