Die Young

"Live young, die fast.
No one will last, so sit back and relax enjoy the crash you are fading to black and it is gone."
-Alkaline Trio.

Seorang filsuf Yunani pernah menulis, "Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati muda."

"Let's make the most of the night like we're gonna die young.." KeSha, Die Young."


Mungkin, ketika kalian membaca prolog di atas, kalian berfikir, "Nih orang pengen mati kali ya sampe ngepos tulisan seperti itu."
Enggak kok, aku belum siap untuk meninggalkan dunia yang fana ini. Aku hanya merasa lelah terhadap apa-apa yang aku jalani saat ini. Terlebih, aku tidak lagi mempunyai figur seorang ayah, yang menurut aku lebih dari sesesok pemimpin yang dapat memimpin hari-hariku dan keluargaku.

Ada pepatah, "Love what you do, do what you love."
Bagaimana pun, aku belum bisa mencintai apa yang aku kerjakan saat ini. Mungkin di luar aku sangat terlihat antusias dengan major yang saya pilih ini, sampai mencantumkannya dalam biodata jejaring sosial. Tetapi entah mengapa, saya tidak tertarik pada pelajaran tersebut. Tidak tahu karena pengajarnya yang tidak mengasyikkan ataupun memang dari dalam diri saya sendiri yang tidak interested terhadap semua mata kuliah dalam bidang yang saya dalami.

Atau mungkin bukannya saya tidak tertarik, tetapi justru sayanya yang belum siap menghadapi dunia perkuliahan.

Ah, sudahlah. Kembali ke topik awal, saya setuju dengan meninggal muda lebih nyaman. Kenapa? Satu, karena kita tidak perlu repot untuk menjalani runtutan kehidupan yang memusingkan ini. Tetapi, di satu sisi lainnya, jika kita dapat melewati rintangan yang telah Tuhan rencanakan, kita dapat lulus dari predikat makhluk Tuhan yang lemah. Coba lihat makhluk Tuhan yang tidak Ia berikan akal. Terkadang mereka sedikit lebih pandai daripada kita yang tidak menggunakan akal itu. Mereka dapat mengatasi sulitnya kehidupan mereka, mereka mencari makan, menyayangi keluarga mereka, dan terpenting tanpa kita sadari mereka bertasbih menyebut nama-Nya di setiap waktu. Bandingkan dengan manusia jaman sekarang! Nampaknya lebih baik makhluk tak berakal daripada manusia itu sendiri. Dan jika ada yang berniat mengubah perilaku kotor manusia justru disepelekan oleh manusia itu sendiri. Ckck. Sudah tidak dapat lagi kupikirkan kotornya dunia ini. Tetapi saya yakin, masih banyak manusia baik di dunia ini. :)

Kedua, karena semakin muda usia kita semakin sedikit dosa kita.
Memang tidak menjamin, tetapi dapat kita lihat. Ketika balita, coba pikirkan? Apakah kita mempunyai dosa? Belum bukan? Dosa balita masih ditanggung oleh orang tua mereka masing-masing. Dan mana ada sih balita, yang belum bisa membedakan mana baik buruk suatu kehidupan, berbuat dosa? Memangnya ada balita yang sudah membentak-bentak orang tua mereka? Memakan makanan haram? Minum minuman keras? Berjudi? Apalagi berzina. Mereka belum merngerti semua itu. Mereka masih polos. Lugu.
Tetapi, tidak dapat dipungkiri lagi, jaman sudah berubah, dunia semakin canggih. Anak SD pun dapat terkontaminasi oleh kotornya dunia ini. Mati muda pun tidak menjamin dosa Anda semakin sedikit. Karena dengan umur yang panjang Anda dapat melakukan tobat terlebih dahulu, menyesali segala perbuatan yang telah diperbuat, sehingga kita dapat meninggal dengan tenang.



Aku menulis ini semua bukan tidak ada tujuannya. Aku hanya ingin introspeksi diri. Tidak, aku tidak senekat itu kok, sampai ingin mengakhiri hidup. Aku hanya ingin berbagi pengalaman tentang apa yang ada dalam pikiran saya sekarang. Terima kasih. :)



Comments

Popular posts from this blog

Aku ingin Tinggal di Istana

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit