Tuhan, Aku Mencintainya



Namanya tertera di layar telepon selularku. Ah, kukira ia mengirimkan pesan singkat kepadaku, ternyata ia berbicara di sebuah grup dalam sebuah media sosial saja. Kubuka profilnya, kupandangi wajahnya sepersekian detik. Astagfirullahaladzim. Ujarku pelan. Lalu kusentuh lagi layar handphone-ku yang bertuliskan kata “chat”. 


Hai, apa kabar? Kuketukkan jemariku di layar sarana telekomunikasiku itu. Tak sampai satu menit setelah kuketik tanda tanya, kalimat itu kuhapus kembali.


Hai Abhi, apa kabarmu? Bagaimana keadaan di perantauan sana? Mumpung kamu sedang berada di tanah kelahiranmu ini, begitupula denganku, kapan kita dapat bertemu? Aku ingin sekali menatap rupamu dan menanyakan segalanya. Rahasia dari segala rahasia yang telah kupendam selama empat tahun terakhir. Aku juga ingin menceritakan kisah hidupku selama empat tahun terakhir ini. Maukah kamu esok pergi ke tempat makan dekat rumahmu, yaa hitung-hitung menemaniku makan siang. Hmm.. Maksudku, kita makan siang bersama. Kamu ada waktu tidak? Aku terdiam memandangi layar berukuran 5 inchi itu. Membaca kalimat yang telah kubuat dari awal sampai akhir. Ingin rasanya aku segera menekan tombol send di pojok kanan bawah layar handphone-ku, namun aku urung menyampaikan kerinduan itu padanya.


Astagfirullahaladzim. Bodoh sekali, apa yang telah kamu lakukan, Dara. Ucapku dalam hati. Aku pun menghapus semua kalimat yang telah kubuat dari lubuk hati terdalamku itu.


Sore itu langit masih berwarna jingga.  Lantunan ayat suci Al-Quran mulai terdengar, suaranya berasal dari masjid di dekat rumahku itu. Mataku menerawang ke luar jendela kamarku. Andai kamu mengetahui segalanya. Perasaan yang telah lama kusimpan rapi, jauuh di dalam relung hati ini. Perasaan yang bahkan aku sendiri tak mengerti maknanya. Aku mencintaimu, Bhi. Lebih dari sekedar perasaan ingin memiliki. Jika kamu meminta aku untuk menjelaskannya, seribu lembar kertas takkan cukup untuk membuatmu mengerti.


Aku ingin mengenalmu lebih dalam lagi. Memahami setiap jalan pikiranmu. Membantumu menyelesaikan setiap permasalahan yang kamu hadapi. Namun apa yang selama ini telah aku lakukan untukmu? Aku tidak pernah melakukan apa-apa untukmu. I do nothing. Yang aku lakukan hanya dapat mendoakanmu dari kejauhan, Bhi. Semoga di setiap langkah hidupmu bermanfaat bagi manusia lainnya. Semoga di setiap sisa umurmu menjauhkan orang tuamu dari siksa api neraka.


Aku bersumpah, akan selalu menjaga hati ini hanya untukmu, Bhi. Aku juga selalu berdoa semoga Tuhan juga menjaga hatimu untukku. Tetapi aku tidak menolak jika Tuhan menakdirkan bahwa bukan kamu kelak yang menjadi pendamping hidupku. Aku hanya bisa terus berusaha agar menjadi yang terbaik bagi Tuhan dan umatnya.


Aku memindahkan posisiku, dari yang semula bersandar di tembok menjadi berbaring di tempat tidurku yang beralaskan seprei doraemon itu. Kemudian aku memejamkan mataku, aku mencintainya, Tuhan, namun aku lebih mencintai-Mu. Aku tidak ingin berharap selain kepada Engkau semata. Tuhan, aku titipkan cintaku padamu. Jagalah hatinya dan juga jasmaninya.



            Depok, 16 Mei 2015
            -White Rose-

Comments

Popular posts from this blog

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit

Ini tentang Iman kepada Allah