Ragu


   Kukira kesempatan ini akan menjadi yang terakhir, tapi tetap saja ragu selalu hadir. Tiba-tiba muncul dihadapan keyakinan yang sudah kubangun tinggi. Perlahan kucoba berdialog dengan Tuhan, memastikan keraguan. Namun, ragu selalu menghantui dan menggerogoti keyakinan satu demi satu. Lantas, saya harus berbuat apa untuk mengenyahkan segala bentuk keraguan tak beralasan ini? Memaksa Tuhan untuk meyakinkan? Ah, saya hanya sekecil semut yang jika diinjak seorang manusia ruhnya akan segera meninggalkan jasadnya. Punya kuasa apa saya terhadap Tuhan Yang Maha Besar?


   Tuhan, saya lelah. Saya lelah dengan segala bentuk pencarian ini. Tuhan, apakah Engkau masih mengujiku? Menyuruhku terus mencari di sepanjang sisa umurku? Kenapa tidak langsung kau beritahu saja kepada diriku siapa seseorang yang tepat untuk mengakhiri keraguan ini? Apakah ia yang sering kusebut namanya dalam doa? Atau ternyata ada manusia berbeda yang lebih sering menyebut namaku dalam doanya? Doa saya kalah, lalu saya harus berlapang dada menerima kekalahan saya dan menerima kenyataan bahwa manusia itu memenangkan kompetisi doa-Mu. Saya harus patuh terhadapnya selama hidup saya, sebagai sebuah konsekuensi dari kekalahan doa saya.


   Ah, Tuhan, hidup ini terlalu abu-abu. Saya ingin begini, Engkau ingin begitu. Ya Tuhan, saya kembalikan semua keraguan ini kepada-Mu. Saya pasrahkan hasil ujian ini hanya pada-Mu. Saya tidak ingin memenuhi ruang hati saya dengan pengharapan tak berujung. Semoga Tuhan memahami.


Bandung, 25 Januari 2017
-White Rose-

Comments

Popular posts from this blog

Aku ingin Tinggal di Istana

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit