Kebaikan Laki-laki
Kalau
kita lihat, di dunia ini ada banyak sekali laki-laki yang baik. laki-laki yang
rajin sekali ke masjid dan tekun sekali beribadah. laki-laki yang gigih sekali
belajar dan giat sekali bersekolah. laki-laki yang begitu sungguh-sungguh
bekerja dan menjemput nafkah. laki-laki yang sangat setia dan taat kepada kedua
orang tuanya. laki-laki yang nyaris tidak punya catatan keburukan. kalau
beruntung, kebaikan-kebaikan itu berkumpul di satu orang.
Kalau
kita pikir-pikir dan rasakan, mungkin ada laki-laki baik yang berbuat baik
kepada kita (perempuan). menjadi sahabat dan mendengarkan seluruh keluh kesah
kita. memberikan semangat setiap hari. mengantarkan kita pulang atau pergi.
membelikan makanan saat kita sakit. mengirimi kita berbagai kado. menjadi orang
pertama yang panik saat sesuatu tak baik terjadi kepada kita. menjadi yang
paling penasaran atas tulisan kita atau karya kita. mungkin ada, laki-laki yang
menyayangi kita.
Tapi taukah kamu? sesungguhnya kebaikan laki-laki
yang bisa terhitung oleh (ayah ibu) seorang perempuan hanyalah satu:
melamarnya. kalau ada laki-laki yang mengaku memperjuangkanmu tapi tidak
melamarmu, tidak menikahimu, percayalah bahwa perjuangannya belum penuh.
sebaliknya, pun begitu. dia yang tidak (belum) berbuat apa-apa tetapi
melamarmu, sesungguhnya dia telah melakukan segalanya.
Sebab
bukanlah perkara kecil bagi seorang laki-laki untuk meminta perempuan dari
orang tuanya. tidak dua atau tiga kali dia bergelut dengan dirinya sendiri
(terlebih dahulu). ada banyak risiko yang dia putuskan untuk ambil. ada
sebongkah tanggung jawab besar yang tiba-tiba diangkatnya sendiri, hendak
diletakkannya di pundaknya sendiri.
Maka
janganlah kita perempuan, yang belum menikah, terhanyut dalam kebaikan-kebaikan
yang (masih) semu. maka tak perlu jugalah kalian laki-laki berbuat baik yang
semu-semu itu. salah-salah malah ada harapan tidak perlu yang ikut tumbuh. pada
suatu titik semua itu tidak penting. semua itu akan kalah dengan dia yang melangkahkan
kaki kepada ayah.
Maka
janganlah kita perempuan, yang sudah menikah, iri dengan kebaikan-kebaikan yang
dilakukan para laki-laki lain kepada pasangannya. apalagi tergoyahkan
kesetiannya karena ada laki-laki yang baik kepada kita. semua itu kalah dengan
dia yang telah melangkahkan kaki kepada ayah.
Karena ada banyak laki-laki baik, tetapi kebaikan laki-laki hanyalah satu. Maka, hitunglah kebaikan yang satu itu–hitung baik-baik.
Prawita Mutia, Kebaikan Laki-laki
Comments