Jangan Jatuh Cinta pada Tulisan Gue
“Kenapa
ya orang gampang baper pas baca caption gue?”
“Karena
lo keseringan memberi kode, Nis.”
“Lah
kan ada bagian dari caption gue yang tidak bermaksud untuk mengode. Kenapa
harus fokus ke sisi itu sih? Lagian itu hanya bumbu saja kok, biar tulisan gue
menjadi gurih saja. Bua tapa tulisan serius-serius, hidup itu terkadang harus
dibawa bercanda. Kalo serius mah silakan ke rumah aja.” #seriusinibukankode.
Adalagi
satu lagi pertanyaan yang selalu membuat gue pusing tujuh keliling, “Kenapa sih
harus jatuh cinta dengan tulisan gue?” Apakah ada suatu magnet dalam tulisan
gue yang berhasil membuat orang seketika jatuh cinta? Bahkan tanpa melihat
wujud asli gue. Lo mungkin aja belom pernah melihat bagaimana rupa asli gue. Padahal
mungkin aja gue buruk rupa, gue pendek, gue gigantisme, gue hitam, atau gue
albino. Kalo pernah pun, mungkin kita jarang bertemu dan berinteraksi. Dan lo
bisa bilang lo jatuh cinta sama tulisan gue? Epic banget.
Terkadang
memang tulisan gue terinspirasi dari seseorang. Terkadang satu kalimat yang
diucapkan oleh teman gue bisa menjadi sebuah tulisan panjang dalam blog gue.
Tapi terkadang ada orang yang terlalu peka, sehingga ketika gue mengutip
kalimatnya, ia merasa bahwa gue suka? Atau ketika mereka menyangka dialah orang
yang dituju dalam tulisan gue. Eh gimana? Gimana? Gue suka nulis, menurut gue
juga sangat wajar jika penulis mendapat insight
dari orang lain. Lo ngerasa tulisan gue ini buat lo? Haha. Geer banget lo.
Gue
kesel. Bukan kesel pada orang yang jatuh cinta dengan tulisan gue. Gue kesel
sama diri gue sendiri. Kenapa tulisan gue membuat orang jatuh cinta? Di saat
gue menggeneralkan pembaca gue, disitu pasti ada orang yang merasa tulisan itu
untuk dia. Kocak. Gue juga gak pernah kok minta lo untuk menyukai tulisan gue. Lo
terpana membaca tulisan gue? Gue tau sih, tulisan gue emang amazing, banyak yang bilang. Tapi tolong, sekali lagi, jangan jatuh cinta dengan gue hanya karena
tulisan gue. Cukup cintai tulisan gue, jangan penulisnya.
Kekesalan
gue sedikit mereda ketika gue bercerita mengenai hal ini ke temen gue. Kata
Imam yang otaknya suka bener kalo abis kepentok pintu kosan, “Lo gak akan bisa
mengontrol sesuatu yang emang gak bisa lo kontrol. Lo gak bisa mengontrol
kemauan orang lain, Nis. Satu-satunya yang bisa lo kontrol itu yaa diri lo sendiri.”
Oke,
gue memang gak dapat mengontrol perasaan orang lain. Tapi setidaknya gue bisa mengontrol
diri gue sendiri, agar tidak jatuh cinta pada orang yang hanya jatuh cinta pada
tulisan gue saja.
Bandung,
20 Agustus 2017
-White
Rose, yang semalam sebelum tidur lupa untuk memaafkan kesalahan seseorang yang
membuat gondok-
Comments