Kiat untuk Move On.

Move on, menurut google translate artinya berpindah, berjalan terus.

Kemarin malam, gue gak sengaja baca instastory teman, “Perempuan itu mainannya hati. Apa-apa dibawa perasaan.” Dasar kamu perempuan! Dikasih hati, minta jantung. Sungguh, saudari-saudariku yang seiman, gue sangat menganjurkan untuk tidak bermain hati kepada sesuatu hal yang tidak belom pasti. Apalagi jika lo adalah tipe altuirsm. Ingin menolak sulit, namun mengiyakan bukan merupakan sebuah solusi yang baik. Solusinya adalah dengarkan suara hatimu. Dengarkan jawaban Allah melalui perantara-Nya.

Kembali ke judul, sebuah pertanyaan paling mendasar yang paling sering ditanyakan ke diri gue sendiri adalah, “Kenapa seseorang bisa move on?” Seseorang dikatakan bisa terus berjalan karena ia telah berhasil untuk memaafkan diri sendiri. Kenapa seseorang bisa sukses? Ia mengetahui bahwa ia salah langkah, lalu ia memaafkan kesalahan yang ia lakukan, serta mengambil langkah lainnya untuk terus bergerak maju. Sulit? Ooh jelas, gue rasa prosesnya tak akan semudah itu, butuh waktu untuk menyelesaikan sebuah permasalahan. Semakin sering menghadapi permasalahan, semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk berdamai dengan diri sendiri, dan terus melangkah maju.

Kesulitan untuk berdamai dengan diri sendiri menyebabkan beratnya langkah untuk maju dan menghambat kinerja dan efektivitas waktu. Menyiksa diri sendiri. Hal inilah yang menjadi jawaban pertanyaan, “Kenapa kita harus move on?”

Jadi, sebaiknya harus sering berdamai dengan diri sendiri, menerima sebuah kenyataan bahwa hidup terlalu pahit untuk dicerna, agar tercipta kehidupan yang lebih baik.

Seriously, baru kali ini gue merasa sangat sulit untuk move on, buat bangkit lagi dan menerima kenyataan bahwa jalan kehidupan gue masih sangat terbuka lebar. Masih terdapat pintu-pintu kebahagiaan lainnya yang dapat gue buat sendiri. Saat ini sulit bagi gue untuk menerima bahwa semua ini bukan kesalahan gue, namun takdir Allah. Harusnya sih kita tuh gak boleh kecewa dengan keputusan Allah. He knows the best.

Loh, ujung-ujungnya curhat. Bhaik.


Semoga, seiring berjalannya waktu, kita bisa berdamai dengan diri sendiri. Menjadikan Allah sebagai satu-satunya sandaran. Mari luruskan niat. Mari perkuat visi, juga misi.

Semoga masih dapat bertemu di persimpangan jalan lainnya, sebagai manusia ciptaan-Nya yang lebih baik, lebih siap, lebih bertanggung jawab terhadap kehidupan akhirat maupun duniawi.

Semoga, tersemogakan. Amiin. Ya Allah, kuatkanlah imanku.


Bandung, 19 Desember 2018
-nisrinaqotrun-

Comments

Popular posts from this blog

Aku ingin Tinggal di Istana

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit