Banjir

Akhir tahun 2019, menuju awal tahun 2020. Indonesia diguyur hujan deras. Jabodetabek diberikan bencana banjir oleh Allah. Tentu saja karena ulah manusia.

"Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan akibat perbuatan tangan manusia, supaya Allâh merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." [ar-Rûm/30:41]

Sebelum curhat tentang banjir. Mau ngobrol dulu tentang konsep banjir itu sendiri. Kenapa sih bisa terjadi banjir?

Banjir terjadi ketika volume air di suatu tempat penampungan air (bisa sungai atau danau atau rawa) melebihi kapasitas saluran air. Bisa disebabkan karena curah hujan yang tinggi. Ditambah adanya penyumbatan pada saluran air. Alhasil air pun tumpah ke jalan, menggenangi permukaan aspal. Gak adanya saluran air buatan (got) atau tanah, membuat air tetap menggenang.

Gue baru menyadari betapa besar kerugian yang dihadapi oleh warga yang terkena dampak banjir. Beberapa hari yang lalu, gue bersama beberapa teman seangkatan dari Forum Indonesia Muda 21 mengunjungi ketua angkatan kami yang terdampak banjir. Rumah keluarganya berada di pinggiran Kali Malang.

Bapaknya bercerita, rumahnya terendam air seukuran betis orang dewasa. Mobil terios yang terparkir di jalan terendam air sampai tersisa atapnya saja. Ikan patin peliharaan mereka hanyut bersama air yang datang, hanya kura-kura yang tetap bertahan di kolam mereka. Kasur tak bersisa. Semua basah oleh air bercampur lumpur. Begitu pula dokumen penting, seperti ijazah, buku tabungan, sampai sertifikat. Kursi jati terendam, busanya jadi basah. Loker kayu terkena air sehingga menjadi lapuk dan rusak. Rumah dimasuki oleh lumpur dan tanah basah. Kompor, mesin cuci, bahkan motor juga terendam.

Tentu saja banjir menyebabkan kerugian besar-besaran pada warga terdampak. Kemarin temanku bercerita bahwa motor perlu diperbaiki. Empat kasur dibuang karena sudah tidak layak pakai. Barang lain yang basah juga dibuang karena sudah tidak layak pakai.

Kukira banjir hanyalah air saja. Tidak menyebabkan kerusakan dan kerugian. Hanya masuk ke dalam rumah semata kaki dan bisa dibersihkan sekejap mata. Ternyata.... :")

Tahun ini merupakan tahun dengan curah hujan tertinggi. Temanku Wahyu, bercerita bahwa rumahnya tidak pernah terkena banjir, tapi tahun ini, air sampai ke depan pagarnya. Alhamdulillah buat temen-temen yang rumahnya tidak terkena banjir dan masih bisa membantu orang lain yang terdampak. Semoga teman-teman dan warga lain yang rumahnya terendam banjir, diberikan ganti oleh Allah yang lebiiiiih banyak dan lebihhhh baik lagi. Amiin.

Terimakasih banjir. Tahun ini Nisrina belajar banyak bersyukur dari bencana ini.

Japek Elevator, 5 Januari 2020
-nisrinaqotrun-

Comments

Popular posts from this blog

Aku ingin Tinggal di Istana

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit