Pudar

Rasa itu sudah pudar.


Iya pudar....

Iya....

Pu....dar.....





Musnah.
Hilang.
Lenyap.
Tenggelam.
Hanyut.
Punah.
Mati.
Habis.
Tiada.




Aku tidak tahu apakah akan terganti.
Aku berharap cepat berganti.
Tapi menemukan pengganti,
tidaklah semudah yang kau bayangkan.



Jarang.
Sedikit.
Bahkan tiada satu pun manusia yang sepertimu.
Setiap manusia berbeda, dan aku mengetahui hal itu.


Mungkin ini yang dinamakan terlarut dalam kenangan.
Kenangan yang sudah terlewat.
Dan berakhir.


Iya, sudah berakhir.


——————————

Waktu memang singkat.
Berjalan semaunya,
menghiraukan semua,
tanpa menoleh sedikitpun.
Aku pun ingin sepertinya.
Hidup bebas tanpa beban.



Tapi waktu juga jahat.
Meninggalkan kejadian-kejadian manis.
Ia tertinggal bersama waktu.



Seiring dengan perjalanannya.
Waktu hanya bisa meninggalkan masa lalu.
Masa lalu membekas dalam ingatan.
Masa lalu itu bernama kenangan.



Aku ingin kenangan itu tetap hidup.
Dalam pikiranku, dalam ingatanku.
Walau kau telah pergi.



Kita masih menapaki bumi yang sama.
Berteduh di bawah langit yang sama.
Menyebut Asma-Nya yang sama.



Tetapi kau menjejaki kenangan itu terlalu dalam.
Sehingga teredam dalam tanah.
Terbawa oleh air laut.
Dan menjadi hujan.
Lalu ia tertiup angin.
Perlahan, ia pun lenyap.


Tiada tersisa.


Ia pudar.....


Iya, kenangan itu pudar....



Pu....dar.....



Musnah.
Hilang.
Lenyap.
Tenggelam.
Hanyut.
Punah.
Mati.
Habis.
Tiada.





With love,
White Rose ({})

Comments

Popular posts from this blog

Aku ingin Tinggal di Istana

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit