Adik Laki-laki

Siang tadi aku sedang memamerkan foto adik laki-lakiku kepada beberapa teman sekelas.

Lalu, aku duduk berhadapan dengan sahabatku. Tiba-tiba ia bertanya, "Mengapa sih kakak perempuan sering sekali membangga-banggakan adiknya. Tetapi, ketika dalam kehidupan sehari-hari, di rumah misalnya, mereka justru bersikap biasa saja, seakan-akan tidak pernah melakukan hal tersebut."

Aku lalu terdiam dan menatapnya. "Apakah mbakmu juga seperti itu?" tanyaku penasaran.

"Iya. Aku selalu dibanggakan di depan teman-temannya. Tetapi ketika ia berada di rumah, sikapnya berubah 180 derajat. Ia menjadi sangat usil, suka mengerjai aku yang sedang belajar, contohnya. Aku jadi bingung sendiri dengan sikapnya." jawabnya sembari mengetik di laptopnya.

Aku sempat kehabisan kata dan bingung dalam menjawab pertanyaannya. Kemudian, bayangan adikku terlintas di kepalaku. "Mbakmu senang membanggakanmu karena mungkin dirimu memang patut dibanggakan. Banyak sekali prestasi yang kamu miliki. Selain itu, suaramu yang sangat merdu disaat kamu melantunkan ayat suci Al-Qur'an. Terang saja mbakmu sering membanggakanmu. Karena kamu memang membanggakan. Kalau aku yang menjadi mbakmu, pasti aku juga akan menceritakan dirimu pada  teman-temanku."

"Oh iya tambahan satu lagi, mbakmu itu pasti sangat menyayangimu. Karena kamu itu adalah adik laki-laki satu-satunya yang ia miliki. Laki-laki lain yang bisa ia banggakan dan jahili. Kan tidak mungkin ia menjahili ayahmu, bukan?" lanjutku menjelaskan.

"Tetapi, jika memang ia menyayangiku, mengapa ia tidak pernah mengatakannya padaku?"

"Karena kamu sudah beranjak dewasa. Mungkin tak masalah baginya jika kamu masih duduk di bangku sekolah dasar. Tapi nyatanya kamu sudah besar, bukan lagi adik kecilnya. Jika kita menyayangi seseorang bukan berarti kita harus mengatakan padanya, kan?"

"Baiklah. Terima kasih atas jawabanmu. Dan....." kata-katanya terhenti. Kemudian ia menghentikan pekerjaannya dan menatapku, lama sekali...

"Dan apa?" Mataku tak pernah berpaling darinya sejak awal kita berbincang.

"Dapatkah aku menjadi adikmu? Yang bisa kamu banggakan dan kamu sayangi?"

Aku hanya bisa menjawabnya dengan senyuman.

Comments

Popular posts from this blog

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit

Ini tentang Iman kepada Allah