Seseorang yang Tepat untuk yang Benar
"Bukannya saat ini kamu sudah mau memasuki tingkat 3, ya?" ucapku sore itu.
"Iya, betul. Lalu kenapa?" jawabnya singkat.
"Lantas mengapa sampai saat ini kamu masih sendiri? Memangnya pangkatmu tak cukup untuk mendekati bunga-bunga di luar sana?" tanyaku tanpa basa basi. Jujur, aku bosan dengan basa basi.
"Kamu sendiri juga kenapa masih sendiri? Memangnya menjadi calon dokter tak cukup untuk menarik lebah-lebah di luar sana?" ia membalikkan pertanyaanku.
"Apakah seseorang harus mencintaiku hanya karena aku seorang calon dokter? Lalu bagaimana jika tiba-tiba aku beralih profesi saat kerja nanti? Apakah dia masih mau bersamaku?" jawabku penuh curiga.
"Begitupula denganku, aku tak dapat menjamin dia mencintaiku dengan tulus atau mencintaiku karena pangkat." balasnya singkat, namun penuh makna.
"Kenapa tidak kamu coba dulu saja?"
"Kamu sendiri kenapa tidak mencobanya?" tanyanya lagi.
Aku menghela napas. Sial. Kenapa sih dia harus membalikkan setiap pertanyaanku.
"Aku sedang berusaha menjadi seseorang yang benar untuk seseorang yang tepat." jawabku setelah melalui proses perenungan yang cukup lama.
"Kalau begitu aku sedang berusaha menjadi seseorang yang tepat untuk seseorang yang benar."
Dan sepanjang malam itu aku tak dapat berhenti mengembangkan senyum.
Cirebon, 19 Juli 2015
-White Rose-
Comments