Can I know you more?

“Can I know you more?”

Kira-kira seperti itulah kalimat yang diucapkan oleh beberapa orang berbeda di satu tahun belakangan ini. Dan entah mengapa selalu kujawab dengan, “Let times help you to know me more”.

Apa reaksi kamu jika tiba-tiba ada orang baru yang meminta izin untuk mengenalmu lebih dalam, terlebih orang itu baru kau kenal dalam waktu singkat selama rentang waktu sekitar 2 bulanan? Kaget? Jelas. Entahlah, yang pasti jika kau bertanya padaku, aku pasti tidak akan memberikan jawaban serius. Hey, aku saja sedang mencari jati diriku sendiri. Lalu kau tiba-tiba datang dan bertanya mengenai hal yang menurutku di luar kemampuan berpikirku. Tiga tahun lebih aku mencoba mengenal diriku sendiri dan sekarang kamu mau lebih mengenalku dengan waktu yang singkat. Saranku, kalau kamu mau mengenal seseorang lebih jauh, datanglah ke orang tuanya. Orang tuanya lebih mengetahui seluk beluk anaknya lebih lama dibandingkan anak itu sendiri.

Kamu tahu tidak? Waktuku masih cukup panjang, masih ada setengah tahun lagi untuk mencapai gelar S.KG dan satu setengah tahun lagi untuk menambahkan gelar drg di awal namaku. Maukah kamu menghabiskan waktu paling cepat dua tahun hanya untuk mengenal pribadiku? Dan apakah nanti, ketika kau sudah cukup mengenalku, apakah aku yang selama ini orang yang kau cari? Jika ternyata kamu memasuki rumah salah dan tidak sesuai dengan yang kau harapkan, lantas apa yang akan kamu lakukan? Tetap berteduh di dalam rumah itu ataukah mencari tempat berteduh baru yang lebih nyaman? Lalu, untuk apa aku menghabiskan waktu dua tahun untuk menjadi tempat berteduh bagi seseorang yang bahkan belum pasti akan tinggal selamanya? Sia-sia? Jelas.

Hahaha. Membicarakan tentang masa depan adalah hal yang paling membingungkan bagiku. Kamu akan menghabiskan sisa umurmu dengan orang yang kamu pilih dan kamu tidak bisa lagi pergi darinya. Kalau misalkan, kamu sudah nyaman dengan orang yang kamu pilih dan ketika kenyamanan itu memudar, kamu masih dapat mengutarakannya dan mengakhirkan hubungan kalian. Lalu bagaimana kalau kamu sudah berumah tangga? Akankah kamu mengakhiri hubungan kalian yang sudah kalian bina lamanya?

Jujur aku takut. Takut menghabiskan waktu dengan orang yang salah dan berakhir dengan sia-sia. Aku takut memulai dan takut akan perpisahan. Kamu sendiri tahu kan aku pernah kehilangan? Maka dari itu, aku hanya ingin menjadi teman, menjadi adik bagimu. Aku tidak ingin mencintai seseorang begitu dalam karena aku pernah kehilangan.

Aku percaya, Tuhan telah menulis takdir terbaik-Nya. Kalau Tuhan sudah menakdirkan kita untuk bersama, mungkin saja kita dipertemukan kembali dengan berbagai cara-Nya, kan? Aku berharap kamu, atau kamu, atau kamu (?) akan datang kembali ketika kita sudah sama-sama siap. Siap untuk mengarungi masa depan yang lebih panjang. Bukan sekarang, di saat kita masih sama-sama berjuang.




Caringin, 27 Oktober 2015
-White Rose-

Comments

Popular posts from this blog

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit

Ini tentang Iman kepada Allah