Bahagia dengan Bersyukur


“Bahagia itu kita yang menciptakan.”

     Gue pernah mendengar quotes seperti ini, tapi entah di mana. Lupa. Yang jelas, untuk kehidupan koas yang menyengsarakan seperti saat ini, bahagianya gue adalah berasal dari diri gue sendiri. Kalo ada laki-laki memberikan gue bunga setiap hari juga gak akan menjadi moodbooster bagi gue. Mohon maaf nih ya, sayangnya untuk saat ini gue enggak peduli dengan apa yang sudah Anda berikan ke gue. Semoga Allah menggantikan uang yang Anda keluarkan, anggap saja memberi makan dan hadiah untuk anak yatim, ya gak?

     Koas dokter gigi itu membuat lelah hati. Gue merasa ingin selalu kabur dari kenyataan jika mengingat hal apapun mengenai dunia perkoasan. Kenapa? Karena gue merasa bahwa gue belum memiliki mentor yang pas untuk membantu gue menghadapi dunia perkoasan ini. Gila, Nis, sudah hampir dua tahun Anda koas ditambah masa preklinik 4 tahun. Anda harus mengejar ketertinggalan Anda selama itu? Mari kita mulai belajar semuanya dari awal. Siapa suruh pre-klinik Anda tidak serius belajar? Untung saja Anda terselamatkan oleh koas, Nisrina. Semoga bukan sebuah wacana belaka.


     Btw, mengenai happiness. Untuk kali ini, gue ingin mengucapkan terima kasih untuk teman-teman dan sahabat yang selalu ada untuk gue. Seriously, kehadiran kalian di kehidupan koas gue mengingatkan gue kalo gue masih harus menjalani hidup dengan semangat dan meraih masa depan yang masih setengah jalan ini. Apalagi ditambah dengan semangat semangat dan motivasyong. “Nis, mau pasien tambal kelas 5, gak?” “Nisyong, ayo kita kerjakan GTSL!” “Nicinah, ayo daftar diskusi orto!” “Nis, besok kita seminar endo yaa, tolong tempatin.” Gue bersyukur memiliki teman-teman yang selalu semangat seperti ini. Gue juga memahami bahwa lingkaran ini harus selalu gue jaga. Lingkaran yang membawa gue menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih mengingatkan gue pada Allah.

     Terima kasih juga untuk Bunda yang selalu men-support segala hal yang berhubungan dengan perkoasan gue, terutama dana haha. Gue sempat merasakan kesedihan yang tiada tara, di usia saat ini masih bergantung pada orang tua, terlebih orang tua gue single parent. Rasanya ingin sekali berhenti koas, lalu mencari pekerjaan, agar beban nyokap gue berkurang. Tapi lagi-lagi gue belajar bahwa mengakhiri koas ini berarti menyia-nyiakan apa yang sudah Bunda berikan ke gue. Biaya kuliah di FKG yang tidak murah, waktu kuliah yang sudah hamburkan. Selesaikan apa yang sudah Anda mulai, Nisrina! Lebih baik gue banyak-banyak bersyukur karena sudah mencapai titik ini. Titik di mana mungkin dahulu banyak orang yang menginginkannya.


     Lagi-lagi hidup ini selalu diingatkan tentang proses bersyukur terhadap apa-apa yang telah kita dapatkan. Mari bahagia dengan bersyukur!


Bandung, 16 Maret 2018
-White Rose-

Comments

Popular posts from this blog

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit

Ini tentang Iman kepada Allah