Quarter Life Crisis
Menjadi seorang koas dokter gigi bukanlah merupakan sebuah perkara yang mudah menurut gue. Usia gue saat ini 23 tahun, almost 24 years old. Beberapa orang di usia ini mengalami quarter life crisis. Termasuk gue juga. Fase dimana gue sering banget mempertanyakan apa sih tujuan hidup gue yang sebenernya? Apakah gue sudah bermanfaat untuk sekitar gue? Karya apa yang sudah gue buat sampai usia segini? Rancangan hidup lo beberapa tahun ke depan gimana, Nis? Sampe pertanyaan yang menurut gue sangat sering ditanyakan orang-orang di sekitar gue, dan sering juga gue tanyakan pada diri, “Mau lulus kapan, Nis?” “Mau nikah kapan, Nis?” Setahun yang lalu, gue masih dapat menjawab pertanyaan ini dengan ngasal. Jawabannya, tahun depan. Udah aja. Gue sendiri pun gak ada target samsek mau lulus atau mau nikah kapan sebenernya. Jawab aja, biar orang seneng. Jawab aja, biar didoain sama orang-orang. Jawab aja, biar gue gak diem ketika ditanya orang. Gue hanya bisa tutup kuping mendengar setiap pertanyaan dari nyokap, keluarga besar bokap, keluarga besar nyokap, temen deket, temen gak deket,
Sampe suatu titik, di pertengahan malam. Sahabat gue yang sudah hampir lulus mengetuk pintu hati gue. “Nis, ayok buat target lulus. Emang lo gak cape apa ditanyain nyokap lo kapan lulusnya?” Jleb. Malam itu gue, dan dua orang sahabat gue melakukan breakdown requirement koas FKG Unpad. Kami membuat daftar secara terperinci pekerjaan koas gue apa saja yang belom diselesaikan. Sakit kepala? Jelas. Apalagi saat gue melihat daftar kesempurnaan requirement gue yang masih segitu-gitu aja. Hmm mungkin sekitar 25%. Gak maju-maju, ya? Gue tau proses menjadi dokter gigi itu lama, dan gue memperlambat proses gue dengan mengikuti kegiatan di luar koas. Gue menyadari akan hal ini. Gue menyadari bahwa ini adalah pilihan gue.
Sampe suatu malam juga, ketika gue sedang mengecek email, gue membuka sebuah email yang berisi form CV taaruf dari sebuah training yang gue pernah ikuti. WKWK. Ini terjadi sebelum gue melakukan breakdown requirement koas. Gue pun mengingat kembali bahwa di akhir tahun 2016 gue pernah men-download formulir yang serupa di internet, cuma dibuka sekali karena sakit kepala bacanya dan gatau mau ngisi apa. Rasa penasaran ini membuat gue semakin penasaran. Dan voila! Malam itu menjadi malam perenungan yang panjang bagi gue. Mengisi ini pun sebenernya sedikit membuat gambaran sebagai pengingat diri. Wah, kapan-kapan gue akan membahas ini, ketika gue udah dapet jodoh tapi yaaa!
Alhamdulillahirobbilalamiin. Allah baik bangett dengan segala kekurangan gue. Kalo bukan karena Allah yang menyelematkan gue dari keterpurukan ini, gue pasti sekarang udah depresi parah. Allah-lah yang mengirimkan nyokap dan sahabat-sahabat gue supaya gue tetap berdiri tegak menghadapi kejamnya dunia perkoasan ini. Di setiap nikmat yang gue dapatkan, terdapat ujian yang tersembunyi. Jadi Nisrina, jangan berada di zona nyaman. And always remember that you must thanks to Allah 5 times a day. Itu bahkan kurang, Nis.
Oiya, balik lagi ke quarter life crisis tadi. Kalo lo seorang koas dokter. Berusia 22-25 tahun. Selamat! Lo sedang berada di a phase called quarter life crisis of a dental coassistant. Coba liat teman-teman lo yang berada di jurusan lain. Ada yang udah kerja 1 – 2 tahun, yang perempuan ada yang sudah menikah dan punya anak, ada yang sedang menanjaki karirnya. Woa, macem-macemlah pokoknya, yang membuat lo sangat iri dengan kesuksesan mereka, sedangkan lo masih menjadi seorang mahasiswa profesi kedokteran gigi yang uang jajannya aja masih minta ke orang tua. Ini perbandingan dengan teman lo yang jurusan lain, sekarang bandingkan dengan temen-temen koas lo. Lima orang teman seangkatan gue sudah memiliki gelar dokter gigi di depan namanya, dan akan menyusul beberapa teman lagi di bulan Oktober ini. Teman lo ada yang sudah ujian beberapa departemen, dan lo masih menjadi pasien mereka. Progress mereka hampir 75%. Dan elo merasa di situ-situ aja? Di fase inilah gue sangat menyarankan kepada lo semua para koas dokter gigi untuk tidak melihat ke kanan dan kiri. Maju aja terus sebisa mungkin dengan segenap kemampuan lo. Gue tau, perasaan tertekan itu pasti ada hampir setiap hari. Sekarang mending coba fokus aja sama diri lo sendiri. Hal ini yang selalu gue lakukan ketika gue mengendarai motor atau mobil. Gue hanya sesekali melihat spion samping atau spion belakang. Gue hanya fokus pada tujuan gue.
Dan ini gue, seorang Nisrina. Gue tau dan gue paham sampe kapan gue harus koas dan kapan gue harus berorganisasi. Gue tau definisi limit dan zona nyaman bagi gue. Gue tau, Allah pasti akan mengirimkan perpanjangan tangannya untuk mengingatkan gue ketika gue sedang keluar dari jalur menuju tujuan gue.
Oiya! Gue juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh orang yang terpapar dengan gue selama setahun ke belakang. Terima kasih sudah membantu mengubah sudut pandang. Terima kasih selalu mengingatkan untuk kembali koas. Terima kasih sudah mengajarkan makna hidup. Terima kasih sudah menjadi teman cerita bagi Nisrina.
Sekali lagi, terima kasih sudah hadir di hidup Nisrina! Semoga bisa terus saling mengingatkan yaa :)
Dear, quarter life crisis, kami pasti bisa melewatkanmu!
Bandung, 26 September 2018
-White Rose-
Comments