March 2021

Started with:

1. Drama mencari pasien endo. Sungguh. Jarkom sana sini. Udah gatau malu. Kenalan sana sini dengan teteh-teteh dan ibu-ibu. Keluar uang ga sedikit yha. Cobain rontgen 3 pasien, 1 ngulang karena salah regio. 130+90+75+90. Alhamdulillah dapet pasien bageur, soleh, waktu luangnya banyak. Alhamdulillah. Bisa berbagi rezeki juga ke Datin dengan ngasih pasien karena di satu pasien ada lebih dari satu gigi...
2. Pengen aja upload foto ini. Acu lagi cantiqqq. Kalo nda salah ini cuma pake alis sama lipstick doang. Pensil alis dari Shiseido warna brown black, jastip ke temen waktu doi ke exchanged study ke Jepang. Lipstick Emina warna maroon hadiah maju ke depan bisa jawab pertanyaan.

3. Lelah sehabis kerja GTL yang penuh drama. Kunci mobil ketinggalan di loker lantai 3. Pas udah sampe lantai 3. Kunci loker ketinggalan di tas. Ah bye.
4. I went to Cirebon for ziarah kubur Ayah. After a year didnt come to his house, finally we went there.
Foto 1: Depan makam keluarga H. Saleh
Foto 2 dan 3: gangguin Dechan dan Naufal sholat.
Foto bonus: yak, selfie di hotel ihiw. Acu di sini terlihat cantiq dan kuyuz ihiw. Berat badanku masih 5puluhsekian belum 6puluh. Udah kaya artis-artis endorse belom ya? 
Bonus foto pas lagi makan di Empal Gentong. Sungguh aestetic.

6. Happy wedding, Intan Qonitah! Zungguh acu tydac menyangka dia akan menikah bersama Faris Makarim. Dua-dua kukenal di FIM. Satu sekelompok pas trainee FIM 20, satu lagi kenal pas FIM 19 apa ya.. Apa FIM 20 juga ya. Ah lupa. Pokoknya mereka sama-sama STEI ITB 2015. Iyah. Adik tingkat acu.
Ah long time no see kawan-kawan bertumbuhku di FIM.
7. I got my late birthday present from Bi Upeh! Reuseable journal. I love journaling, make schedule. Padahal gue INFP, perceiving gue tinggi, tapi aku suka sesuatu yang tersusun rapi seperti jadwal yang super sistematis. That's why Bibi ngasih acu reuseable journal ini. Lucu deh journalnya, bisa diapus karena pake plastik, kalo nulis harus pake spidol papan tulis 0,1 mm. Dapet penghapus yang berupa lap kacamata ihiw. Trus ada jadwal harian perjam. Huhu aku nyari banget jurnal yang bisa diturunin perjam gini, jadi hidup aku bener-bener based on schedule, ndabisya leyeh2 nonton konser kaya kemaren wkwk. Alhamdulillah ya rezeki.
8. I bought Cooky and RJ mask straps from @bt21stuffs. Gawat. Candu banget belanja stuff2nya Bangtan 😭
9. Nisrina on duty. Selfie at toilet RSGM dabest. Aesthetic.
Nisrina on duty with APD.

10. My senior high school mate. Seneng deh waktu SMA gue punya temen segeng yang super rajin semua dan emang bersaing sehat buat masuk PTN. Rasanya dulu gue begitu ikhlas mendoakan mereka supaya bisa masuk PTN yang mereka inginkan :")

Mother of my senior high school chairmate passed away. Gue jadi inget moment kalo gue main ke rumah Sita disambut sama mamahnya Sita. Mama chan bilang pas gue lagi main ke rumahnya dan ngeluh karena belum punya pacar, "Gapapa belum punya pacar, mbaknya Sita juga belum nikah." Hiks. Gue jadi inget waktu mama chan ke kosan gue di Bandung abis nganterin Sita tes CPNS. Yang kalo gue main ke rumahnya disediain makanan dan minuman banyak. Tante, terimakasih telah menjadi mamahnya Sita. Mama chan udah sehat ya sekarang, maaf Ninis belum sempat jenguk mama chan pas sakit. Masih belum nyangka mama chan udah gak ada. Pas ke rumah Sita kemarin, aku nyariin mama chan... Sepi ya. Hiks. Al Fathihah untuk mama chan.

Also, for Sita. Selamat menempuh hidup baru dengan Bapak Saban yang siap menerima Sita beserta cicilan Brio hitamnya 🤣 yang langgeng ya sama Bapak Saban. Samawa, duo S. Amiin.

Bandung, April 2021
-nisrinaqotrun-

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Aku ingin Tinggal di Istana

Belasan tahun aku tinggal di rumah ini. Tempat berlindung dari terik matahari dan hujan badai. Tempat aku beristirahat di panasnya siang dan dinginnya malam. Rumah ini memiliki dua lantai dengan cat dominan warna krim. Ada teras dan pagar yang membatasi dan mengamankan rumah. Dahulu teras tersebut berisi berbagai macam tanaman ibu, tapi sekarang sudah dibongkar untuk garasi mobil. Empat kamar tersedia di dalamnya. Kamar aku dan kedua adikku, serta kamar ibuku. Tidak terlalu luas, namun tidak terlalu sempit. Seharusnya, aku bersyukur memiliki rumah yang dapat ditinggali setiap hari. Kata  mahfudzot  Arab: Rumahku, istanaku.  Baitii jannatii.  Namun bagiku, rumah ini tidak seperti istana. Dapur yang sempit. Keran kamar mandi sering bocor. Air hangat sering tidak menyala. Air sering macet. Dinding mengelupas. Orang tua yang sering mengekang. Sungguh, terlalu banyak hal yang membuatku tidak nyaman tinggal di rumah orang tuaku. Aku ingin memiliki rumah sendiri. Aku ingin ...
Read more

Hiduplah karena Ingin Hidup

Hidup di dunia itu sifatnya sementara. Hidup yang kekal, ya di akhirat. Lantas mengapa manusia seringnya berlomba-lomba untuk mencapai hal terbaik di dunia? Padahal, hidup di dunia tujuannya untuk mencari bekal dan tabungan di akhirat. Bukan untuk dinikmati sementara. Dunia itu fana, akhirat yang kekal. Adakalanya, manusia ingin melanjutkan hidup bukan karena keinginan dalam diri sendiri. Melainkan karena orang lain. Orang tua, kekasih, anak. Memikirkan orang lain. “Kalau tidak memikirkan anakku, aku pasti memilih mengakhiri hidup.” “Aku bertahan hidup karena ada orang tua yang harus aku jaga.” Padahal, hiduplah karena diri sendiri ingin bertahan hidup. Hiduplah karena ingin menikmati sisa usia. Hiduplah karena hidup adalah keinginanmu. Jalani hidup kita dengan baik, sebagai bentuk rasa syukur kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Menikmati hidup dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya menghargai setiap keputusan yg dipilih, enjoy dalam menjalankan kehidupan, tidak menjalankan ...
Read more

Sepatu Favorit

Sudah dua tahun aku hidup bersama Nisa. Aku selalu mendampingi Nisa di luar rumah. Langkah demi langkah, kami lalui bersama. Saat matahari sedang terik-teriknya, aku menemani Nisa berjalan melewati jalanan beraspal di Ibukota. Kami berjuang bersama di tengah udara kotor hasil pembakaran mesin kendaraan bermotor. Menghirup oksigen yang sudah banyak terkontaminasi karbon dioksida dari ratusan kendaraan bermotor di Jakarta. Suatu ketika Nisa mengajakku ke daerah baru yang lebih sejuk. Kami menempuh perjalanan sekitar 3 jam dari Jakarta dengan menggunakan mobil yang dikendarai oleh Nisa. Hari itu hari Minggu. Kami berangkat sebelum matahari terbit, sesudah Nisa melaksanakan sholat Subuh. Selama perjalanan, matahari belum menampakkan batang hidungnya. Langit terus berwarna kelabu. Setetes dua tetes air turun dari langit menimpa kaca depan mobil. Nisa bergegas menyalakan penyeka kaca depan agar pandangannya tidak terhalang oleh air hujan. Hari itu hujan sangat deras. Nisa turun dari mobi...
Read more