Public Relation
Pertama
kali dalam sejarah kepanitian yang gue ikuti, semenjak SMA sampe tingkat empat
perkuliahan, gue menduduki kursi divisi humas, hubungan mas-mas
masyarakat. Menjabat sebagai koordinator divisi pula. Hahahahahaha. Cuma bisa
ketawa doang ketika pengalaman ini berakhir.
Mari
kita flashback menuju waktu gue
pertama kali mendapat tawaran yang menurut gue cukup menggiurkan ini. Sekitar
bulan September pertengahan, temen KKN gue menawarkan gue untuk menjadi kepala divisi humas di salah satu prokernya di BEM
Kema Unpad. Gue gak melihat siapa yang mengajak gue, tapi gue melihat
“kesempatan” untuk belajar yang terbentang luas di hadapan gue.
Pertama, divisi
yang ditawarkan, yaitu divisi humas. Gue sama sekali belum pernah punya
pengalaman di divisi humas, ini bisa menjadi media pembelajaran buat gue ke
depannya. Siapa tau suatu saat gue masuk divisi humas, disitu gue punya sedikit
ilmu untuk diaplikasiin.
Kedua, acara ini bukan acara yang pernah gue ikutin.
Bukan acara penerimaan mahasiswa baru, seminar kemuslimahan, atau seminar
kejurnalisan. Acara ini merupakan acara kewirausahaan, satu-satunya bidang yang
paling gue hindari seumur gue hidup. Gue mikir-mikir lagi, kapan lagi coba gue
belajar enterpreneurship? Tahun depan
mungkin gue harus udah mengaplikasikannya di koas.
Ketiga, proker ini merupakan
proker besar BEM. Gils, siapa sih yang gak mau jadi koordiv di acara besar BEM?
Gak perlu ngisi oprek, gak perlu wawancara, gak perlu takut gak kepilih. Jalan
lo begitu mulus. Kesempatan besar ada di depan mata.
Keempat, gue pengen
membantu temen gue, waktu itu yang daftar jadi panitia sedikit, trus hati kecil
gue mulai sok menjadi pahlawan.
Tiba-tiba,
bayang-bayang amanah lain lewat sedetik di pikiran gue. Warta Kema, Vol-D, dan
Bina Desa membayang-bayangi pikiran gue. Gue berusaha menolak dengan alasan
amanah gue yang bisa dibilang cukup menyita otak gue itu. Namun akhirnya,
setelah menimbang-nimbang selama beberapa jam, gue memutuskan untuk menerima
tawaran temen gue. Yes, gue resmi menjadi koordinator divisi humas di Pewira
Padjadjaran 2015.
Hari-hari
selama gue menjadi koordiv humas bisa dibilang begitu suram. Ketika besok hari
ada UAS, malam sebelumnya gue harus mengikuti rapat koordiv. Jarang diwaro di
grup humas. Lalu ada dua orang partner humas yang mengundurkan diri sampai
akhirnya gue harus membuat “surat cinta” yang membuat 10 orang partner humas
gue bertahan sampai hari ini. Hmm mungkin keadaan lainnya, dimana gue harus
memilih prioritas antara Warta Kema atau Pewira. Sedih dan merasa dosa banget
pas harus ninggalin launching majalah demi wawancara partner humas. Cerita
lainnya, yaitu kepala biro gue yang sempet geleng-geleng kepala pas gue meminta
izin untuk menjadi salah satu koordiv di acara besar BEM, untung izin diberikan
dengan mulusnya. Nuhun, Kang!
Oh,
iya! Gue juga punya pengalaman mengenai birokrasi dengan pembicara. Gue dikasih
10++ kontak wirausahawan yang terkenal dan diharuskan menghubungi mereka untuk
menanyakan fee mereka sebagai perkiraan enterpreneur
mana yang akan dipakai untuk menjadi pembicara pada seminarnya. Mulai dari
ngirim email atau SMS ke CP-nya, lalu dihubungi oleh sekretarisnya pas lagi
minta dana majalah di rektorat, sampai terus menerus di teror follow up sama pihak mereka. Pusing pala
berbi. Pada akhirnya tak ada satupun dari pembicara yang gue hubungin yang
dijadikan pemateri di acara itu. Sedih? Yes. Malu? Yes. Pulsa abis? Yes. Gapapa
kok, ini kan pengalaman. *kemudian senyum-senyum sendiri*
Ada
lagi nih pengalaman, kali ini dengan pihak luar Unpad. Yaa, kan gue anaknya sok
inisiatif, gue menawarkan ke forum kadiv untuk menyebar poster lomba poster ke
seluruh SMA yang ada di Bandung dan Indonesia, padahal tanpa persetujuan dari
para partner humas. Ternyata partner humas gue setuju soalnya mereka seneng
bisa jalan-jalan, katanya........
#gagalpaham. Well, sejauh gue nyebar poster gaada birokrasi yang rumit,
kebetulan yang gue datengin SMA, jadi tinggal ngasih ke bagian TU atau humas
SMA tersebut. Gak kaya BEM yang harus minta tanda tangan sana sini, terus ada
universitas yang gaada BEM, jadi harus ke rektorat. Halaah.
Terima
kasih banyaak buat partner humas yang udah nemenin gue berjuang sampe akhir,
walau pas hari-H acara, divisi kita paling gabut, gak kerja apa-apa. Terima
kasih udah bikin grup humas rame walaupun kegiatannya telah berakhir. Ditinggal
seharian chatnya 100++. Terima kasih udah menjadi biang gosip Pewira hahaha. Terima
kasih juga udah jadi satu-satunya divisi yang paling kompak di kepanitiaan ini.
Kalian sangat luar biasa! Kubanggaaaaa.
Jatinangor, 9 Desember 2015
-White Rose-
Baca Public Relation Part 2 di sini :D
Comments