Posts

Showing posts from 2018

Kiat untuk Move On.

Move on , menurut google translate artinya berpindah, berjalan terus. Kemarin malam, gue gak sengaja baca instastory teman, “Perempuan itu mainannya hati. Apa-apa dibawa perasaan.” Dasar kamu perempuan! Dikasih hati, minta jantung. Sungguh, saudari-saudariku yang seiman, gue sangat menganjurkan untuk tidak bermain hati kepada sesuatu hal yang tidak belom pasti. Apalagi jika lo adalah tipe altuirsm . Ingin menolak sulit, namun mengiyakan bukan merupakan sebuah solusi yang baik. Solusinya adalah dengarkan suara hatimu. Dengarkan jawaban Allah melalui perantara-Nya. Kembali ke judul, sebuah pertanyaan paling mendasar yang paling sering ditanyakan ke diri gue sendiri adalah, “ Kenapa seseorang bisa move on?” Seseorang dikatakan bisa terus berjalan karena ia telah berhasil untuk memaafkan diri sendiri. Kenapa seseorang bisa sukses? Ia mengetahui bahwa ia salah langkah, lalu ia memaafkan kesalahan yang ia lakukan, serta mengambil langkah lainnya untuk terus bergerak maju. Sulit?

Quarter Life Crisis

Menjadi seorang koas dokter gigi bukanlah merupakan sebuah perkara yang mudah menurut gue. Usia gue saat ini 23 tahun, almost 24 years old. Beberapa orang di usia ini mengalami quarter life crisis. Termasuk gue juga. Fase dimana gue sering banget mempertanyakan apa sih tujuan hidup gue yang sebenernya? Apakah gue sudah bermanfaat untuk sekitar gue? Karya apa yang sudah gue buat sampai usia segini? Rancangan hidup lo beberapa tahun ke depan gimana, Nis? Sampe pertanyaan yang menurut gue sangat sering ditanyakan orang-orang di sekitar gue, dan sering juga gue tanyakan pada diri, “Mau lulus kapan, Nis?” “Mau nikah kapan, Nis?” Setahun yang lalu, gue masih dapat menjawab pertanyaan ini dengan ngasal. Jawabannya, tahun depan. Udah aja. Gue sendiri pun gak ada target samsek mau lulus atau mau nikah kapan sebenernya. Jawab aja, biar orang seneng. Jawab aja, biar didoain sama orang-orang. Jawab aja, biar gue gak diem ketika ditanya orang. Gue hanya bisa tutup kuping mendengar setiap pertanya

Mari~

Ikhlas. Sungguh, satu kata ini sangat mudah diucapkan, namun sulit untuk dilakukan. Seperti iman, mengaku beriman pada Allah, namun mengabaikan setiap perintah Allah. Apakah masih dapat disebut iman? Setiap orang berhak memilih akhir dari sebuah cerita. Entah bahagia, entah sedih. Entah haru, entah duka. Saat ini aku memilih sebuah jalanku. Jalan yang bahkan masih ragu kapan berakhirnya, namun akan selalu kuusahakan sampai garis akhir. Aku memilih sebuah akhir cerita yang sungguh berbeda dari harapan awal. Mimpi yang berjalan mendekat, tapi ku perlahan bergerak menjauh. Tak apa, mungkin dengan melepaskan akan membuat hati tenang. Untuk apa melanjutkan mimpi namun hati tak tenang? Pada setiap air mata yang mengalir di hadapan Allah. Semoga dapat ku gantikan dengan kebaikan lain yang ku usahakan. Untuk setiap usaha yang tidak pernah dikatakan mudah, semoga selalu diberi balasan oleh Allah. Sejak kemarin, aku berjanji pada diri sendiri, agar menggantungkan semua harapan dan cita-ci

Menikah

      Suatu ketika gue berkunjung ke kosan teman gue karena harus menyelesaikan suatu pekerjaan koas. Sebut saja membuat behel lepasan. Ketika pekerjaan gue selesai, lalu teman gue lainnya datang hendak memasak di kamar teman gue yang pertama. Mereka tinggal di satu kos yang sama. Teman gue yang kedua adalah seseorang yang ekstrovert , dia pasti menceritakan informasi pribadinya kepada siapapun yang ditemuinya.      “Nis, aku mau ceritaa.” katanya membuka percakapan.      “Apaaa? Apaaa?” jawab gue dengan sangat antusias.      “Aku mau nikah tau, Nis.” jawabnya sambil memberikan senyuman terlebarnya.      “Waaah, kapaan?” jawab gue masih dengan sangat antusias.      Ia menjawab dengan tak kalah semangat, “Insha Allah tahun depan, Januari lamarannya. Nikahnya April di Pemalang, Nisss. Harus dateeeng!”      “Alhamdulillaah. Barakallaah yaa. InshaAllah dateng, doakan semoga ada rezekii.”      Gue pun kemudian (seperti biasa) menanyakan alasan kenapa dia sudah s

Bahagia dengan Bersyukur

Image
“Bahagia itu kita yang menciptakan.”      Gue pernah mendengar quotes seperti ini, tapi entah di mana. Lupa. Yang jelas, untuk kehidupan koas yang menyengsarakan seperti saat ini, bahagianya gue adalah berasal dari diri gue sendiri. Kalo ada laki-laki memberikan gue bunga setiap hari juga gak akan menjadi moodbooster bagi gue. Mohon maaf nih ya, sayangnya untuk saat ini gue enggak peduli dengan apa yang sudah Anda berikan ke gue. Semoga Allah menggantikan uang yang Anda keluarkan, anggap saja memberi makan dan hadiah untuk anak yatim, ya gak?      Koas dokter gigi itu membuat lelah hati. Gue merasa ingin selalu kabur dari kenyataan jika mengingat hal apapun mengenai dunia perkoasan. Kenapa? Karena gue merasa bahwa gue belum memiliki mentor yang pas untuk membantu gue menghadapi dunia perkoasan ini. Gila, Nis, sudah hampir dua tahun Anda koas ditambah masa preklinik 4 tahun. Anda harus mengejar ketertinggalan Anda selama itu? Mari kita mulai belajar semuanya dari awal. Siapa

Nothing to Lose

Image
Perkenalkan, keluarga baru gue untuk enam bulan ke depan. Eh, enggak, kepengurusannya bisa dikatakan selama enam bulan ke depan, namun semoga ikatan kekeluargaannya bisa terus menerus yaa! Amiiin. Ini keluarga Creavill. Creative Village, Bandung. Alhamdulillahirobbil’alamiin, gue terpilih menjadi salah satu dari 20 relawan Creavill batch 2. Se-enggak-nyangka itu bisa keterima haha. Soalnya gue kadang terlalu pesimis sih, setelah 2017 dilalui dengan segenap ambisi untuk mencapai suatu target, namun semuanya tidak tercapai. Jadi untuk kali ini gue benar-benar mengikuti alur recruitment dengan segenap kemampuan gue, berdoa, memberikan seluruh kemampuan gue saat wawancara dan Leaderless Discussion Group, berdoa lagi, dan pasrah terhadap hasilnya. Some people said, nothing to lose.   Iya, kata Teh Juan dan Kang Edhu, nothing to lose aja. Nothing to lose in Bahasa means gapapa kalah. When we give our best version of us without want anything and surrender the result to Allah. Gitu