Teman Berjalan

Teman Berjalan


Sabtu malem, Uji randomly said mau curhat ke gue. Uji adalah wakil koordinator Forum Indonesia Muda Regional Bandung tahun 2019 ini. Akhirnya baru terealisasi Minggu sore ini, karena kemaren malem kita sama-sama tepar dan sore inilah waktu berdua kita yang klop. Topik curhatan Uji sore ini adalah “Kok aku ngerasa temen-temen kita pada pergi ya, Teh?”


“Teh, Uji sedih nih. Uji deket sama Qonit, ternyata Qonit udah mau kerja. Uji dulu deket sama Teh Medin, terus Teh Medin pergi ke Jakarta. Teh Zahra udah berangkat ke Jerman. Kak Malik sekarang udah kerja. Kak Fary udah mau kerja juga akhir tahun ini. Teh Uwi udah mau nikah, nanti pasti ikut suaminya. Gayus udah mau wisuda bulan depan.”

“Sekarang tinggal siapa lagi Teh temen-temen Uji di Bandung? Teh Ninis, Bi Upeh, Teh Sepir, Harum, Harum udah mau sidang 29 Juli ini. Uji tuh sedih, kok kaya Uji yang diem aja ya gak kemana-mana.” Keluh Uji panjang lebar. “Kemaren pas Uji curhat sama Bi Upeh, kata Bi Upeh, Teteh juga pernah cerita kayak gini ke Bibii. Jadi Uji memutuskan untuk curhat ke Teteh.”


Gue di sebrang telepon tersenyum. Gue masuk FIM, salah satunya adalah untuk membuat lingkaran pertemanan baru. Bisa dibilang gue bahagia bersama teman-teman FIM Bandung, karena gue menemukan tempat untuk menyalurkan minat gue.

Lalu satu persatu dari mereka lulus kuliah, ada yang merantau kerja di Ibukota, atau kembali ke rumah masing-masing. Ini yang gue rasakan selama beberapa bulan ini dan mungkin salah satu penyebab kenapa gue cukup stress. Sedih rasanya ditinggal mereka secara perlahan, namun satu hal yang gue pahami adalah setiap orang sedang berproses dan berjalan menuju tujuannya masing-masing.

Selama gue menjadi koas, satu persatu teman gue lulus. Satu persatu dari mereka menikah dan punya anak. Lalu gue berpikir, ‘Apakah hanya gue yang jalan di tempat?’ Ternyata tidak, memang gue yang berjalannya pelaaaaan banget. Gue dan Uji sama-sama sedang menempuh pendidikan profesi dokter kami. Menurut gue pribadi, bukannya kami yang gak pergi, kami sedang mempersiapkan diri menuju tujuan kami.

Quarter Life Crysis

Proses menuju sesuatu itu memang gak ada yang mudah. Apalagi menjadi seorang dokter, kalo gampang, nanti pasiennya ditindak asal-asalan dong. Gak mau kan jadi dokter abal? Kami harus memiliki ilmu yang mumpuni, supaya dapat menjadi seorang dokter yang berguna dan bermanfaat. Jadi, hargai semua proses hari ini yang Insha Allah akan menjadi sebuah pelajaran berharga beberapa tahun ke depan. Insha Allah temen-temen yang sudah pergi duluan menuju tujuannya gak akan pernah melupakan gue yang juga sedang memperjuangkan tujuan gue. Karena kalo seperti yang dikatakan oleh grup vokal Mocca dalam lagunya yang berjudul “Teman Sejati”, “Teman sejati tidak akan pergi. Aku di sini, menemanimu selaluuuuu.”

Kalo temanmu sudah sampai di tujuannya lebih dahulu, gak usah khawatir, cari temen seperjalanan baru yang bias membersamaimu menuju tujuan kamu.

Semangat berjalan dan berprogres!


Bandung, 24 Juli 2019
-nisrinaqotrun-
Day-7 #30daysNisrinawritingchallenge

Comments

Popular posts from this blog

Aku ingin Tinggal di Istana

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit