Apakah itu Authority Bias?


Judul di atas click bait.

Setelah 8 tahun saya bersekolah di fakultas kebanyakan gadis (FKG). Saya akhirnya menemukan fakta bahwa saya gak suka (bahkan benci) hal-hal yang berbau kerajinan tangan. Mau muntah setiap mengerjakan hal-hal seperti ini 🤮

Gambar di atas adalah pembuatan Gigi Tiruan Lepasan Sebagian, bagian dari departemen Prostodonsia. Tahapannya adalah menyusun gigi, sebenernya ketika nanti praktik menjadi dokter gigi, menyusun gigi ini bisa dilakukan oleh lab, tapi alangkah lebih baiknya jika dokter gigi yang melakukannya karena pasiennya adalah pasien dokter gigi. Jadi sebagai dokter gigi, kamu harus tau inklinasi gigi yang tepat bagaimana. Ah sudahlah. Tapi kalo dilihat di foto bagus juga yaaa dua gigi seri rahang atas yang udah kubuat. Apakah saya berbakat menjadi seorang pembuat veneer? Wah. Membayangkannya saja saya tidak bisa 😔

Contoh lain:
Ceritanya ini diminta dokternya untuk memperbaiki plat akrilik, namun jadinya malah jadi sjwiksnfkqo. Menyedihkan. Kalo gitu saya masukin lab aja 😭😭 Kenapa saya bilang menyedihkan? Itu loh di pinggir-pinggirnya (yang bagian verkeilung, i mean) saya tambal dengan akrilik self cure agar menutupi celah antara pelat akrilik dan gusi..... Tapi karena tangan saya bukanlah tangan Tuhan...... Akhirnya justru semakin hancur hiks. Itu ada akrilik yang meleber ke plat hahahaha. Tolong, saya tidak bisa melihat ketidak perfectionisan ini. Dan yang pasti wkwk plat akriliknya jadi ngangkat ke atas, alias tidak adaptasi dengan baik terhadap palatum/jaringan lunak lainnya 🤣🤣 Saran dari salah satu teman diskusi adalah melalukan rebase. Namun diriku sudah terlanjur frustasi, jadi tidak ingin melanjutkannya 😭 huhu tolong saya...

Jadi inti dari curhatan di atas adalah..... Find your own passion!

Iya.

Sebelum kamu memilih jurusan kuliah, saat SMA ada baiknya kami ikut psiko test untuk menentukan minat bakat. Dulu, saya ikut psiko test dan semua jawaban saya palsuin agar saya mendapatkan jawaban "dokter". Iya, dulu saya mau jadi dokter agar supaya orang tua saya seneng, guys. It's not about me, but about how to make my parents proud. Waaah, lama-lama cape banget guys kalo keinginan orang tua gak terpenuhi, yang ada malah beban ke diri kamu.

Ya, memang memenuhi keinginan orang tua itu kadang baik adanya, tapi kalo memenuhi keinginan orang tua terus menerus dan diri sendiri tersiksa serta ga bahagia dengan apa yang sedang dijalanin? Kenapa gak berusaha memenuhi keinginan diri sendiri? This is called an authority bias. Orang tua punya otoritas ngatur anaknya? Hm. Gimana ya, gak selalu tuh. Patuh terhadap orang tua itu perintah agama. Menuruti perkataan orang tua itu baik. Tapi apakah harus setiap perkataan orang tua harus dituruti? Nope, saya di sini gak mengajarkan kamu untuk menjadi anak durhaka. Kamu boleh bersikap bodo amat saran orang tua, namun tidak juga melanggar perintah agama.

Mulai detik ini, jika saya punya anak kelak (yang kalau anak pertamanya laki-laki. saya ingin kasih nama Aldebaran, such a cool name, haha), saya akan memberikan kebebasan bagi anak saya ingin menjadi apa, kerja dimana. Asal dia bertanggung jawab dengan hidupnya dan bahagia, serta tetap mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangannya, menjadi diri sendiri versinya yang terbaik. Ah, bodo amat dengan omongan tetangga, "Ih anaknya masuk IPS." Halow? Emang IPS salah? Engga tuh, buktinya anak IPA banyak kok yang banting stir kuliah di IPS. Rela belajar singkat biar bisa ikut SBMPTN IPS. Pada akhirnya ilmu hidup keseharian kita belajar dari mana? IPS. Manajemen waktu, keuangan, sosial. HAHA. Pelajaran IPA yang bermanfaat bagi saya sampai detik ini adalah.....gaada. Hiks.

Sebagai orang tua, bangga gak sih ketika anak saya dapat juara kelas? Bangga. Tapi saya akan lebih bangga ketika anak saya menjadi juara kelas karena kejujurannya, bukan karena saya intimidasi agar menjadi juara kelas, dan bukan juga karena akibat saya bandingkan dengan kakak/adiknya yang juara kelas.

Anak saya gak naik kelas? Oh jelas saya kecewa, tapi saya harap pelajaran hidup yang dia dapatkan karena peristiwa gak naik kelas itu lebih baik daripada nasihat dan omelan yang saya berikan. Buat apa marah-marah, ngabisin energi aja. Mending bobo.

Sama kaya, Allah udah memberikan perintah solat, solat itu wajib, tapi apakah kita harus menaatinya? Ya, kamu udah tau mana baik buruknya. Jadi sebaiknya kamu sendiri yang bisa menjawab apakah kamu harus solat atau meninggalkan. Kamu sendiri yang harusnya tau akibat/dampak dari meninggalkan solat, dan kamu sendiri yang akan menanggung akibat dari meninggalkan solat.

Siapa yang gak seneng anaknya menjadi dokter? HAHA. Pasti semua orang tua bangga banget anaknya jadi dokter, tapi coba tanyakan lagi ke anaknya, "Kamu yakin mau jadi dokter?" Gak sedikit kakak kelas dan temen seangkatan gue yang give up dan keluar koas, atau akhirnya males-malesan dan terhambat di dunia perkoasan. Karena itu bukan passionnya dia. Karena itu tuntutan orang tuanya. Kedua orang tuanya dokter/dokter gigi, harusnya dengan benefit yang dia miliki, dia bisa lebih mudah lulus, dong? Oh tidak begitu konsepnya wahai bambang. Kalo dirinya gamau, yaa gimana atuh. Mau maksa juga gak akan mempan kecuali dirinya sendiri yang sadar.

Jadi. Wahai para orang tua di dunia iniiii berhentilah menuntut terlalu banyak kepada anakmu. Wahai Nisrinaaaa, semoga kamu tidak menjadi orang tua yang penuntut. Saya mau anak saya yang membuat keputusan. Bukan saya atau siapapun suami saya nanti.

Saya lebih senang ketika kelak anak saya berkata, "Mau ini." Dalam konteks hal-hal baik yaa, kaya ikut bimbel, ikut les, main sama teman. Auto saya iyakan, asal dengan alasan yang logis. Saya gamau jadi orang tua yang demen melarang anaknya. 

For me, it is better to hear, "Nanti kabarin Umi yaaa kalo sudah selesai belajar kelompoknya."
Daripada mendengar, "Kamu dimana? Sudah malam kok belum pulang?"
Ah. Posesif sekali.

Benci sekali sayah.


Sekali lagi, saya tekankan. Orang lain boleh memberi saran, tapi diri kamu sendirilah yang mengambil keputusan. Sadari diri juga. Apakah ini benar jalan hidup yang saya pilih? Bukan karena paksaan orang tua, kan? Kalo hal ini ditanyakan ke diri saya. Oh, jelas ini bukan pilihan hidup saya... Tapi yang pasti saya gak bisa menyalahkan orang tua saya, karena hal ini pasti terbentuk bukan dalam waktu yang singkat, orang tua saya seperti ini karena terbentuk dari orang tua yang seperti itu juga. Jadi yang harus saya lakukan untuk ke depannya adalah memotong rantai ketidaksehatan ini. Mohon doanya ya, netijen 🙏🏼



Ah, tulisan ini adalah keresahan hati saya.

Depok, 8 Desember 2020
-nisrinaqotrun-


Comments

Popular posts from this blog

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit

Ini tentang Iman kepada Allah