Gigi Berlapis?
Pada suatu malam, saya mendapat sebuah pesan singkat dari seseorang yang tidak ada namanya, tidak ada foto profilnya, dan tidak saya simpan kontaknya.
“Dok, anak saya giginya berlapis.” katanya.
Jujur, awalnya saya bingung. Baru kali ini saya menemukan keluhan pasien dengan gigi berlapis. Apakah maksud dari kalimat tersebut? Apakah gigi anaknya dilapisi dengan karang gigi? Apakah gigi anaknya dilapisi dengan veneer? Kepalaku pusing menerka jawabannya. Akhirnya kubalas pesan singkatnya, kutanyakan berapa usia anaknya dan apakah ada keluhan sakit atau tidak.
Sebuah pesan singkat masuk lagi ke telepon genggamku. Balasan bahwa ternyata anaknya berusia enam tahun dan tidak memiliki keluhan sakit. Hanya saja giginya agak sedikit goyang. Otakku langsung lancar berpikir. Oh, persistensi gigi!
Persistensi gigi adalah suatu kondisi dimana terdapat gigi dewasa yang sudah tumbuh di belakang gigi susu. Biasanya, gigi susunya sudah goyang disebabkan karena akar gigi yang sudah resorpsi. Gigi dewasa sudah mulai terlihat mahkotanya, tumbuh di belakang gigi susu. Kejadian ini sering terjadi pada anak usia 6 sampai 13 tahun. Dimana tahapan mixed dentition atau tahapan pertumbuhan gigi anak sedang berlangsung.
Kejadian persistensi gigi paling sering terjadi pada gigi seri rahang bawah, gigi susu ini merupakan gigi yang pertama tanggal pada anak-anak. Biasanya terjadi pada usia 5 sampai 7 tahun. Pada anak TK besar atau kelas 1 SD.
Penanganan persistensi gigi yaitu pencabutan gigi susu. Gigi susu akan menghalangi gigi dewasa tumbuh pasa lengkung yang seharusnya. Oleh karena itu, gigi susu harus dicabut sesegera mungkin. Jika gigi sudah goyang, maka bisa dicabut dengan menggunakan topical anesthesia, namun jika akarnya masih kokoh, maka harus melakukan penyuntikan terlebih dahulu agar tidak terasa sakit saat melepas giginya. Prosedur penyuntikan ini tentu saja harus berdasarkan persetujuan orang tua atau wali. Jika mereka tidak setuju, maka proses pencabutan gigi tidak dapat dilakukan.
Setelah selesai dilakukan pencabutan gigi, maka anak bisa makan atau minum es untuk meredakan rasa sakit pasca pencabutan serta untuk meminimalisasi terjadinya pendarahan. Jangan lupa untuk memberikan “upeti” kepada anak, sebagai hadiah karena telah berani melakukan tindakan pencabutan gigi pertama kali dalam hidupnya.
Muara Maruwei 1, 2 Oktober 2024
- Nis
#30DWC #30DWCJilid47 #Day21
Comments