Selimut yang Menghangatkan

Hari ini hujan deras sekali. Sudah hampir tiga jam hujan turun membasahi tanaman di pekarangan rumahku. Aku selalu bersyukur ketika hari hujan. Karena tong air di rumahku akan selalu penuh. Aku dapat mandi, mencuci baju, mencuci piring, dan mengepel lantai tanpa perlu khawatir kekurangan air.


Hujan memberikan rahmat, namun hujan juga bisa menjadi bencana. Di desa sebelah, jika hujan deras, maka akan menyebabkan air sungai naik dan terjadi banjir. Air akan masuk ke rumah-rumah dan mengotori lantai. Kejadian terparah terjadi pada awal tahun lalu. Gapura desa sebelah terendam banjir. Lalu lintas jadi tersendat. Para pekerja, seperti guru dan petugas kesehatan tidak berangkat kerja. Anak sekolah diliburkan karena sekolah banyak terdapat lumpur. Pusat kesehatan ditutup karena alat kesehatan menjadi kotor dan berwarna kecoklatan.


Malam ini hujan, namun kipas anginku tetap menyala. Walaupun suhu udara rendah, aku tetap ingin ada angin yang menampar tubuhku. Tidak dingin, karena aku punya selimut.


Selimutku berwarna merah muda, dengan gambar tiga orang putri kerajaan. Hadiah dari seniorku yang sudah mutasi ke kota. Selimut yang hanya cukup untuk satu orang ini tidak tebal dan tidak tipis, tapi menghangatkan. Selimutku satu-satunya yang akan kucuci ketika aku pergi ke kota.


Frekuensi hujan yang sering membuat tubuhku selalu dilapisi selimut tiap malam. Terima kasih aku ucapkan tulus dari hatiku untuk selimutku. Kamu menghangatkan tubuh dan jiwaku. 

Muara Maruwei 1, 8 Oktober 2024

Nis

#30DWC #30DWCJilid47 #Day26

Comments

Popular posts from this blog

Aku ingin Tinggal di Istana

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit