Berharap

Emang ya, kita sebagai manusia gak boleh banget yang namanya berharap sama manusia lain. Boleh sih, tapi kalo berharap sama manusia tuh pasti ada aja rasa sakitnya.

Sudah membuat janji dengan temen sejak seminggu yang lalu untuk menonton film terbaru yang hendak keluar. Ketika hari-H tiba, si teman sakit cacar. Padahal kita sudah menyisihkan uang dan membatalkan agenda dengan teman lainnya. Kecewa? Jelas.

Ibumu menjanjikan untuk membelikan baju baru saat hari raya idul fitri, namun ternyata ada kebutuhan lain yang lebih mendesak, sehingga uangnya dialokasikan untuk kebutuhan tersebut. Kamu sudah berharap memakai baju baru saat lebaran tiba, update foto outfit of the day dengan baju tersebut. Namun apa hasilnya? Yaaaa pasti kecewa sih.

Ngechat gebetan, berharap bisa berbicara panjang lebar ngalor ngidul via chat, eh taunya dibales doi seminggu kemudian. Kecewa? Wah ini sakit yang tak terdefinisi sih.


Masih banyak lagi contoh-contoh kekecewaan apabila kita berharap pada manusia. Sebenernya, seberapa besar sih kita boleh berharap pada sesuatu? Sebesar hati kita siap untuk menampung rasa kecewa. Jika kita sudah berharap setinggi langit, setinggi itu jugalah hati kita harus siap menampung rasa kecewa. Ketika hati sudah terbang setinggi angkasa, kemudian terjatuh ketika kenyataan tak sesuai ekspektasi. Saat itulah kita harus siap untuk merasa kecewa dan mempunyai milyaran stok sabar.

“Aku sudah merasakan seluruh kepahitan hidup dan yang paling pahit adalah berharap kepada manusia.” Ali bin Abi Thalib.

Ah, hidup selalu saja banyak hikmah yang dapat diambil dari setiap rangkaian kisah kita. Semangat berharap dan bersabar, yaa!


Bandung, 30 Oktober 2017
-White Rose- 

Comments

Popular posts from this blog

Aku ingin Tinggal di Istana

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit