Hai!

     Setidaknya izinkanku untuk menyapamu di dunia maya ini. Setelah percakapan terakhir kita berujung terciptanya ruang kosong yang bernama jarak. Dan kamu berhenti beredar di sekelilingku.

     Terkadang kata tidak menjelaskan rasa. Toleransi terhadap perbedaan makna terlampau kecil. Aku dengan persepsiku, dan kamu dengan persepsimu. Kita berjalan menuju makna berbeda. Hingga tak kutemukan kau di persimpangan manapun. Mungkin hanya hati yang terpaut yang mampu menjawab segala pertanyaan tanpa harus mengeluarkan kata.

     Tolong. Tolong jangan membuat gue merasa bersalah dengan setiap detail perkataan yang pernah gue ucapkan.

     Tolong jangan membuat kesimpulan sendiri dengan segala persepsimu.

     Coba kita telusuri secara perlahan akar masalah ini. Kita selesaikan bersama-sama. Should, you?

     Gue bukan seorang perempuan bodoh yang tidak peka terhadap sinyal lelaki. Dua tahun bukan waktu yang singkat untuk saling bercakap tanpa ada perasaan apapun yang mungkin tumbuh diantara pertemanan lelaki dan perempuan. Kamu juga terlampau bodoh jika kamu menyangka perasaan ini terbatas pada zona persahabatan. Ya, kita sama-sama bodoh, kenapa juga tidak kita selesaikan bersama? Kurasa akan lebih baik ketimbang hanya sekedar membaca tulisan yang bahkan tidak kita ketahui jelas makna dan intinya. Atau kamu terlampau pengecut untuk bertanya padaku?

     Dengar. Aku hanya tidak ingin menomorduakan Tuhan. Aku tidak ingin menjadikan dirimu sebagai sandaran disaat aku mengetahui bahwa kamu sebatas….sahabat yang memiliki perasaan berlebih? Coba pikirkan. Lo siapa? Kenapa gue harus cerita masalah gue ke lo? Dan lo harus cerita masalah lo ke gue? Padahal, gue sadar dan mengetahui bahwa gue punya Tuhan. Tuhan tempat gue berkeluh kesah. Tuhan yang selalu ada buat gue sampai kapanpun.


     Eh, kita bukan anak kecil yang harus mengungkapkan isi hati dengan berbalas postingan, kan? Yuk, ngobrol. Atau kamu perlu Teh Sariwangi untuk memulai percakapan? Wk. Gak lucu.


Bandung, 21 Oktober 2017
-nisrinaqotrun-

Comments

Popular posts from this blog

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit

Ini tentang Iman kepada Allah