Bersyukur
“Bun,
Bunda lelah gak sih kerja setiap hari? Berangkat subuh pulang sore? Macet-macetan
di jalan?” suatu malam aku mengajukan pertanyaan retorika itu kepada Bunda.
Pertanyaan yang bahkan aku pun mengiranya dapat menjawabnya dengan tepat.
“Pasti.”
aku yakin sekali 100% jawabannya seperti itu.
Tapi
apa jawaban Bunda?
“Gaklah,
kan Bunda kerja demi anak-anak Bunda.” jawab seorang perempuan yang kupanggil
Bunda itu kepadaku melalui speaker di
telepon genggamku.
Aku
terdiam.
Merasa
bersalah karena sudah mengeluh sepanjang hari mengenai rutinitasku yang tak
sebanding dengan Bunda. Bunda mengajar untuk mencari nafkah, mengurus anak,
mengurus pekerjaan rumah, semua dilakukan seorang diri. Coba bandingkan dengan
diriku yang hanya menjalankan kewajiban sebagai seorang mahasiswa. Aku hanya
diminta untuk menyelesaikan masa studiku saja. Gak ada apa-apanya coy. Nyari
duit, kaga. Ngurus rumah, boro-boro. Ngurus anak dan suami, belum punya.
Di titik
ini aku merasa bahwa dalam kondisi apapun aku harus bersyukur terhadap apa yang
sudah aku miliki sekarang. Mau dalam keadaan susah, senang, sedih, sehat,
sakit, maupun bahagia seharusnya dinikmati dan disyukuri. Bahwa mungkin masih
ada orang lain yang kurang beruntung dari aku. Bahwa hidupmu mungkin lebih baik
daripada hidup tetanggamu. Ah hidup, setiap harinya memang selalu penuh dengan
hikmah tersembunyi, yang dapat kita temukan jika kita memiliki hati yang peka
terhadap kodenya.
Semoga
Allah selalu membimbingku untuk tetap berada dalam koridor kebaikan ini.
PS.
Sepertinya, aku membutuhkan teman yang dapat menjagaku tetap berada di koridor
kebaikan ini, should you?
Bandung,
25 Oktober 2017
-White
Rose-
Comments