Nusantara Sehat : Kendala (2)
Hari ini aku mau melanjutkan cerita mengeni krndala yang dihadapi saat menjalani Penugasan Khusus Nusantara Sehat.
Salah satu pertanyaan dari interviewer saat Leaderless Group Disscussion atau LGD yang aku ingat adalah, “Apakah hal yang menjadi hambatan untuk mengabdi ke daerah?”
Jawabanku adalah budaya. Tentu saja budaya menjadi salah satu hal utama yang menjadi hambatanku juga. Perbedaan bahasa, kebiasaan, adat istiadat, perilaku, pola pikir, dan agama. Telingaku yang familiar mendengar Bahasa Sunda, sekarang lebih sering mendengar Bahasa Dayak atau Banjar. Aku yang biasa mendengar adzan lima kali dalam sehari melalui speaker masjid, sekarang hanya mendengarkan adzan melalui telepon genggam. Warga yang masih memegang teguh prinsip adat istiadat yang biasanya hanya kudengar melalui cerita, ternyata masih berlaku. Keberagaman budaya di Indonesia, memang patut diacungi jempol. Aku bangga menjadi warga Negara Indonesia.
Hal lain yang aku ingat saat meminta tanda tangan pejabat Dinas Kesehatan Kabupaten setempat untuk menandatangani SPMT, Beliau berkata, “Jauh-jauh dari Jakarta, sampai Kota Puruk Cahu mental drop setengahnya. Apalagi nanti di desa, mentalnya terjun bebas.” Kukira perkataan Beliau hanyalah omong kosong, ternyata hal itu adalah fakta yang tak terbantahkan.
Semakin aku dewasa, ada hal penting yang harus dipelajari sepanjang sisa hidup, jangan baper! Tidak perlu marah ketika ada orang yang membicarakanmu di belakang. Tidak perlu berkecil hati jika ada orang yang mengkritik kamu, jangan jadi orang yang anti kritik.
Semua kendala yang telah kusebutkan dari tulisan di atas dan tulisan kemarin dapat diselesaikan dengan adaptasi, dan belajar menerima keadaan. Semua membutuhkan proses dan waktu untuk menjadi satu pribadi utuh nan tegar dalam menjalani kehidupan di desa.
Muara Maruwei, 31 Mei 2023
-nisrinaqotrun-
#30DWC #30DWCJilid42 #Day21
Comments