Andai Ayah Ada

Yah, sudah satu dekade kita tidak bertatap muka. Tidak ada sapa, tidak ada tawa, tidak ada kata. Hati ini terasa sakit mengingat kebersamaan kita yang dahulu.


Yah, andai Ayah masih ada. Aku ingin menumpahkan segala resah dalam dadaku. Bercerita mengenai hidupku. Aku ingin setiap hari melaporkan kegiatanku. Sakit sekali rasanya saat aku tidak lagi dapat mengeluarkan rasa kesalku. Menyimpan segalanya sendiri tanpa ada teman cerita. Ayah, aku ingin bertemu denganmu.


Ayah, andai waktu dapat aku putar kembali. Aku tidak akan mengambil keputusan bodoh. Seharusnya aku tidak pernah mengambil keputusan yang aku sesali. Harusnya aku dulu menyadari bahwa saat Ayah sakit adalah saat-saat terakhirku. Harusnya aku mengerti bahwa penyakitmu itu ganas dan mematikan. Dahulu aku terlalu egois, mementingkan diriku sendiri saja. Aku tidak pernah merawat Ayah ketika Ayah sakit. Aku selalu main di luar rumah dengan alasan belajar. Aku hanya peduli dengan diriku sendiri.


Aku berpikir bahwa dengan belajar hidupku akan mulus sampai masa depan. Ternyata tidak, Yah. Ada masa dimana aku berjalan pelan, tanpa tau arah. Saat hati ingin terus berjalan lurus, namun otak mengatakan belok. Akhirnya hidupku sekarang berbelok, Yah. Hidupku tak lagi sama. Aku menyesali keputusanku ini.


Ayah, andai aku dapat mengulang waktuku. Aku ingin kau ada di sisa usiaku. Aku ingin menunjukan padamu hasil kerja kerasku, siapa pasanganku, siapa anakku. Ayah, semoga kita bisa bertemu kembali di masa mendatang. Saat kehidupan di dunia telah akhir. Semoga Allah mengampuni dosaku, dan dosamu. Amiin.



Muara Maruwei 1, 29 September 2024

  1. Nis

#30DWC #30DWCJilid47 #Day16

Comments

Popular posts from this blog

Aku ingin Tinggal di Istana

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit