Jika Gigi Sakit, Ditambal atau Dicabut?

Malam ini, aku mendapatkan pesan singkat dari seorang pasien wanita. Dari foto profil yang aku lihat, usianya kisaran 40 tahun.


“Assalamualaikum. Selamat malam, Dok.” katanya membuka percakapan. “Apakah Dokter besok ada di Puskesmas? Besok saya ingin cabut gigi, Dok.” lanjutnya.


Aku membuka pesan singkat darinya dengan segera. “Waalaikumussalam. Besok saya ada jadwal di Puskesmas, Bu.” balasku. “Keluhan Ibu, apa ya?” tanyaku. Pesan singkat yang kukirimkan langsung centang biru, tanda bahwa pesanku sudah dibaca oleh wanita tersebut. Terlihat di layar telepon genggamku ia sedang mengetik.


“Sakit gigi saya, Dok.” jawabnya singkat. Dalam hatiku ingin menjerit. Siapa saja yang menghubungi dokter gigi, pasti keluhannya sakit gigi, bukan sakit mata, atau telinga. Aku masih berusaha untuk sabar dalam membalas pesannya. “Ibu, apakah sakitnya saat makan atau mau tidur, Bu? Apakah Ibu sudah minum obat dalam beberapa hari ini? Apakah Ibu merasakan gigi Ibu berlubang? Jika iya, sudah berapa lama telah Ibu rasakan?” tanyaku lebih mendalam.


“Sakit sekali, Dok, sampai saya tidak bisa tidur.” jawab Ibu. Aku bertanya empat pertanyaan, yang dijawab hanya satu saja. Bagaimana aku dapat menentukan diagnosa jika anamnesisku tidak lengkap? Malam itu, badanku menggigil dan kepala terasa pusing berputar-putar. Saya hanya menjawab, “Baik, Bu.”


“Besok Poli Gigi mulai jam berapa ya, Dok?” tanya ibu lagi. Aku menghembuskan nafas, berusaha agar tetap sabar walaupun kepala terasa nyeri. Akhirnya, aku menjawab pertanyaan Ibu dengan penjelasan panjang yang menurut saya mudah dipahami.


“Besok Poli Gigi buka mulai pukul 08.30 ya, Bu. Ibu besok saya lihat dahulu kondisi gigi Ibu ya. Saat ini saya tidak melihat kondisi gigi Ibu secara langsung, jadi saya tidak dapat menegakan diagnosa secara tepat. Rencana perawatan yang akan saya berikan, belum tentu pencabutan. Bisa saja saya lakukan penambalan, jika gigi yang berlubang masih kecil. Jika gigi tersebut sakit karena goyang, maka harus dilakukan pembersihan karang gigi.” jelasku.


“Iya, Dok. Besok saya cabut gigi jam setengah sembilan ya, Dok.” balasnya di pesan singkat. Aku lekas membanting telepon genggamku di kasur. Sudah pusing tujuh keliling, imun sedang lemah, ditambah pasien yang tidak juga paham mengenai penjelasanku. Aku mematikan lampu kamar. Lalu menarik bantal untuk menutupi muka. Terakhir aku berdoa, semoga besok saat bertemu langsung di poli gigi dengan Ibu, ia langsung mengerti bahwa setiap gigi yang sakit, tidak harus dicabut.


Muara Maruwei 1, 24 September 2024

  1. NIS

#30DWC #30DWCJilid47 #Day12


Comments

Popular posts from this blog

Aku ingin Tinggal di Istana

Hiduplah karena Ingin Hidup

Sepatu Favorit