Mekanisme ke Dokter Gigi Puskesmas, Pendaftaran
Apakah masih ingat cerita tentang Ibu yang mengirimkan pesan singkat untuk cabut gigi? Hari ini aku akan melanjutkan cerita tentangnya.
Keesokan harinya, hari dimana Ibu datang ke Puskesmas. Ibu Fitri Arianti, nama lengkapnya. Beliau biasa dipanggil Mama Andi, karena anak pertamanya bernama Andi. Rumahnya cukup jauh dari Puskesmas, kurang lebih setengah jam. Beliau mengendarai motor seorang diri, melewati jalanan berlumpur, dan truk besar yang berisi batu bara. Perjuangan untuk berobat gigi layak aku apresiasi.
Mama Andi mendaftar di loket dengan membayar kartu berobat sebesar lima ribu rupiah. Tak lupa menyerahkan KTP dan kartu BPJS. Beliau ditanyakan oleh petugas pendaftaran mengenai keluhannya. Alhamdulillah, kali ini jawabannya tepat, yaitu sakit gigi. Beliau diarahkan menuju meja perawat untuk dilakukan pengukuran tekanan darah, berat badan, tinggi badan, denyut nadi, pernapasan, serta suhu. Setelah itu, menunggu antrian untuk masuk ke Poli Gigi. Saat itu, hanya terdapat 1 pasien yang sedang melakukan tindakan, dan 1 pasien sedang menunggu dipanggil.
Perawat gigi selesai menyingkirkan alat yang digunakan pasien sebelum Mama Andi ke bak kotor, lalu menyiapkan alat yang sudah steril di meja kursi gigi. Ia mengambil kertas rekam medis dan memanggil sebuah nama. Giliran Mama Andi dipanggil tiba. Aku yang duduk di dalam Poli Gigi begitu berdebar. ‘Aduh, Ibu ini nyambung gak ya, kalo aku ajak ngobrol?’
Muara Maruwei 1, 24 September 2024
- Nis
#30DWC #30DWCJilid47 #Day13
Comments