Makanan di Kalimantan
Beras Belange merupakan salah satu pelabuhan kecil juga di pedalaman Kalimantan Tengah. Sebuah Desa di Kecamatan Laung Tuhup. Terdapat sekitar dua sampai tiga, lanting, rumah yang berada di tepi sungai di Desa Beras Belange.
Lanting inilah tempat kami biasa menunggu klotok atau speedboat untuk pergi menuju ke kecamatan lain. Di lanting ini terdapat warung kecil, bisanya kami minum kopi atau teh hangat, dan menyeduh indomie atau pentol, bakso tanpa kuah.
Di Kalimantan biasa menyebut bakso tanpa kuah dengan sebutan pentol. Mereka orang sini biasa makan pentol dengan menusukan tusuk gigi atau lidi ke bakso yang masih terdapat dalam panci. Biasanya satu pentol kecil seharga dua ribu rupiah, sedangkan pentol urat atau yang lebih besar seharga lima ribu rupiah. Sedangkan untuk penyebutan kata bakso memiliki makna bakso lengkap dengan kuah, mie kuning atau soun atau bihun, dan sayuran. Ah iya, biasanya mereka juga sering menambahkan tahu bakso ke dalam bakso mereka. Awalnya gue bingung. Lama-lama terbiasa dengan penyebutan mereka.
Gue jadi ingat di daerah Sunda, makan bakso dengan sayuran toge. Indonesia memang seberagam itu. Yak, satu paragraf sendiri untuk penjelasan pentol.
Gue jadi ingat di daerah Sunda, makan bakso dengan sayuran toge. Indonesia memang seberagam itu. Yak, satu paragraf sendiri untuk penjelasan pentol.
Dari Muara Teweh sampai Beras Belange ditempuh dalam waktu paling lama tiga jam. Singgah terlebih dahulu di Benoa. Banoa ini bisa dikatakan sebagai lanting juga, terdapat rumah makan besar di sana. Yang menjadi khas Rumah Makan Banoa ini adalah kulit cempedak goreng. Gue baru pertama kali merasakannya, ya di Banoa ini. Wanginya mirip buah durian, namun rasanya seperti buah nangka. Lebih nikmat jika dimakan panas. Rumah Makan Banoa ini juga terletak di tepi Sungai Barito.
Berbicara tentang durian, gue jadi ingat bahwa di Kalimantan buah durian sangat bertebaran ketika musimnya. Mereka orang Puskesmas bisa pesta durian setiap hari, saya yang pusing melihatnya. Maklum saya alergi durian. Harga satu buah durian di sini yaitu 15.000 rupiah. Sangat murah, bukan? Bahkan gue pernah dikasih satu kardus dari teman gue, yang akhirnya gue berikan kepada warga Puskesmas Batu Bua karena aku tidak memakannya. Pernah juga karena ada penjual yang mengetok pintu Rumah Tunggu Kelahiran dan gue yang tidak tega, akhirnya gue beli tiga buah. Kebetulan waktu itu di rumah lagi ada tamu, jadi mereka yang pesta durian di rumah.
Sesungguhnya hari ini mau menuliskan mengenai Beras Belange dan jalanan rusaknya. Namun tiba-tiba mengalir begitu saja menceritakan makanan. Mungkin karena sedang tidak ada paman sayur yang naik ke desa karena hari hujan yang membuat jalanan Belange jadi licin.
Muara Maruwei 1, 16 Mei 2023
-nisrinaqotrun-
#30DWC #30DWCJilid42 #Day6
Comments