Perjalanan Menuju Maruwei Bagian 2: Maskapai Citilink

Tulisan di bawah ini merupakan tulisan lanjutan hari kemarin, mengenai pemilihan maskapai pesawat terbang, rute mana yang gue pilih, dan harga tiket pesawat.

Cerita kemarin berakhir pada estimasi tarif jalan tol dari Pasar Rebo sampai Bandara Soekarno Hatta. Hari ini akan dilanjutkan mulai dari Bandara Soekarno Hatta.

Gue menaiki pesawat udara dengan maskapai Citilink. Kali ini tujuannya bukan menuju Palangkaraya seperti awal gue berangkat menuju penempatan, gue naik pesawat menuju Banjarmasin. Walaupun sebenarnya letak bandaranya bukan di Banjarmasin, melainkan di Banjarbaru.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan gue turun pesawat di Banjarmasin antara lain:
  1. Kota Banjarmasin lebih maju daripada Palangkaraya. Ada mall besar yang di dalamnya ada Uniqlo dan ada bioskop XXI 🤣🙏🏼 
  2. Jalan raya dari Banjarmasin lebih bagus, ya walaupun tetap masih ada jembatan yang terkena longsor.
  3. Banyaknya pilihan maskapai pesawat terbang dari dan menuju Banjarmasin tarif yang lebih murah, serta pilihan jam terbang yang lebih banyak.

Karena pertimbangan nomor 3 ini, gue bisa memilih salah satu dari beberapa maskapai udara yang tersedia, antara lain Citilink, Garuda Indonesia, Batik Air, serta Lion Air.
Alasan gue memilih Citilink karena waktu tiba di Banjarmasin pulul 14.40, sehingga gue ga perlu menunggu terlalu lama sampai dijemput travel (padahal tetap nunggu lama juga karena dijemputnya pukul 19.00).

Pilihan waktu berangkat dari Bandara Soekarno Hatta juga beragam. Ada penerbangan paling pagi, pukul 06.40. Ada juga penerbangan paling malam, pukul 19.00. Pagi sampai sore juga ada. Jadi memang cukup beragam dan hampir setiap dua jam ada penerbangan, tergantung kebutuhan kita.

Harga tiket pesawat tuslah mulai dari 1.200k sampai 1.900k. Tergantung pilihan maskapai. Ketika pulang menuju Jakarta gue naik Garuda seharga 1.900k dengan tarif diskon (jadi 1.600k), sedangkan saat berangkat ke Banjarmasin kemarin gue naik Citilink dengan tarif 1.600k. Untuk Lion Air berada di range 1.200k - 1.600k tergantung pilihan waktunya. Untuk Batik Air berada di range 1.400k - 1.600k, mirip dengan Citilink. Kalau waktunya tepat, mungkin gue akan memilih terbang menggunakan Batik Air. Sayang waktunya gak tepat, seperti cinta kita. Hasek.

Gue memilih maskapai pesawat dengan pertimbangan matang-matang dan dengan kondisi ekonomi pasca lebaran. Pintarlah kamu mencari promo di aplikasi tiket, apalagi pas lebaran kemarin. Wow.. Daebak.

Besok gue masih ada bercerita mengenai penerbangan, seperti waktu tempuh Jakarta-Banjarmasin, jarak tempuh, perbedaan zona waktu, serta benefit apa yang di dapatkan dari masing-masing maskapai.

Muara Maruwei 1, 11 Mei 2023
-nisrinaqotrun-

#30DWC #30DWCJilid42 #Day1

Comments

Jirfani said…
Seru, nih, ceritanya.

Jadi ingat sama pengalaman pertama kali mendarat di Banjarbaru.
Lanjutin lagi ceritanya, Dok!
😁
Friday, May 12, 2023 12:45:00 PM
Post a Comment

Popular posts from this blog

Aku ingin Tinggal di Istana

Belasan tahun aku tinggal di rumah ini. Tempat berlindung dari terik matahari dan hujan badai. Tempat aku beristirahat di panasnya siang dan dinginnya malam. Rumah ini memiliki dua lantai dengan cat dominan warna krim. Ada teras dan pagar yang membatasi dan mengamankan rumah. Dahulu teras tersebut berisi berbagai macam tanaman ibu, tapi sekarang sudah dibongkar untuk garasi mobil. Empat kamar tersedia di dalamnya. Kamar aku dan kedua adikku, serta kamar ibuku. Tidak terlalu luas, namun tidak terlalu sempit. Seharusnya, aku bersyukur memiliki rumah yang dapat ditinggali setiap hari. Kata  mahfudzot  Arab: Rumahku, istanaku.  Baitii jannatii.  Namun bagiku, rumah ini tidak seperti istana. Dapur yang sempit. Keran kamar mandi sering bocor. Air hangat sering tidak menyala. Air sering macet. Dinding mengelupas. Orang tua yang sering mengekang. Sungguh, terlalu banyak hal yang membuatku tidak nyaman tinggal di rumah orang tuaku. Aku ingin memiliki rumah sendiri. Aku ingin ...
Read more

Hiduplah karena Ingin Hidup

Hidup di dunia itu sifatnya sementara. Hidup yang kekal, ya di akhirat. Lantas mengapa manusia seringnya berlomba-lomba untuk mencapai hal terbaik di dunia? Padahal, hidup di dunia tujuannya untuk mencari bekal dan tabungan di akhirat. Bukan untuk dinikmati sementara. Dunia itu fana, akhirat yang kekal. Adakalanya, manusia ingin melanjutkan hidup bukan karena keinginan dalam diri sendiri. Melainkan karena orang lain. Orang tua, kekasih, anak. Memikirkan orang lain. “Kalau tidak memikirkan anakku, aku pasti memilih mengakhiri hidup.” “Aku bertahan hidup karena ada orang tua yang harus aku jaga.” Padahal, hiduplah karena diri sendiri ingin bertahan hidup. Hiduplah karena ingin menikmati sisa usia. Hiduplah karena hidup adalah keinginanmu. Jalani hidup kita dengan baik, sebagai bentuk rasa syukur kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Menikmati hidup dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya menghargai setiap keputusan yg dipilih, enjoy dalam menjalankan kehidupan, tidak menjalankan ...
Read more

Sepatu Favorit

Sudah dua tahun aku hidup bersama Nisa. Aku selalu mendampingi Nisa di luar rumah. Langkah demi langkah, kami lalui bersama. Saat matahari sedang terik-teriknya, aku menemani Nisa berjalan melewati jalanan beraspal di Ibukota. Kami berjuang bersama di tengah udara kotor hasil pembakaran mesin kendaraan bermotor. Menghirup oksigen yang sudah banyak terkontaminasi karbon dioksida dari ratusan kendaraan bermotor di Jakarta. Suatu ketika Nisa mengajakku ke daerah baru yang lebih sejuk. Kami menempuh perjalanan sekitar 3 jam dari Jakarta dengan menggunakan mobil yang dikendarai oleh Nisa. Hari itu hari Minggu. Kami berangkat sebelum matahari terbit, sesudah Nisa melaksanakan sholat Subuh. Selama perjalanan, matahari belum menampakkan batang hidungnya. Langit terus berwarna kelabu. Setetes dua tetes air turun dari langit menimpa kaca depan mobil. Nisa bergegas menyalakan penyeka kaca depan agar pandangannya tidak terhalang oleh air hujan. Hari itu hujan sangat deras. Nisa turun dari mobi...
Read more